Taman Pendidikan Al Qur'an (TPQ) merupakan lembaga yang menyelenggarakan pendidikan nonformal jenis keagamaan Islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca AI- Qur'an sejak usia dini, serta memahami dasar-dasar dinul Islam pada anak usia taman kanak-kanak, Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah (SD/Ml) atau bahkan yang lebih tinggi.
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Kebanyakan orang tua memilih TPQ sebagai tempat anak-anak mereka menimba ilmu agama. Di Pulau Jawa TPQ hampir selalu ada di setiap daerah. Jenjang pendidikan ini setara dengan RA dan taman kanak- kanak (TK) di mana kurikulumnya ditekankan pada pemberian dasar-dasar membaca AI-Qur'an serta membantu pertumbuhan dan perkembangan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
M. Helfi Alfarisi, Ketua Pokja Posko KKM Aksarakarya UIN Maulana Malik Ibrahim mengatakan TPQ memiliki tujuan untuk menyiapkan terbentuknya generasi Qur'ani, yaitu generasi yang memiliki komitmen terhadap Al-Qur'an sebagai sumber perilaku, pijakan hidup dan rujukan segala urusannya. Hal tersebut ditandai dengan kecintaan yang mendalam terhadap al-Qur'an, mampu dan rajin membacanya, terus menerus mempelajari isi kandungannya.
"Harapannya dengan rutinitas ini sejak dini ketika dewasa memiliki kemauan yang kuat untuk mengamalkannya secara kaffah dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Menurut Helfi, Agama Islam mengajarkan sebuah tuntutan kepada manusia untuk mencari ilmu yaitu sejak dari buaian sampai liang lahat. TPQ menjadi wadah bagi orang tua bisa memulai untuk mengenalkan kepada anak untuk belajar membaca Al-Qur'an. Proses tersebut tentu menjadikan anak mulai mengenal dan memahami dengan belajar membaca al-qur'an.
Dia menekankan ada banyak hal yang bermanfaat bagi anak apabila mempelajari dan diberi pendidikan tentang Al-Quran, mengingat isi kandungan yang penuh dengan petunjuk dan menjadi kewajiban kita umat manusia untuk mempelajarinya. Terpenting, peran dari TPQ untuk mengajarkan anak-anak agar dapat membaca Al-Quran dengan baik.
"Orang tua jadi banteng untuk memastikan anaknya bisa menyerap ilmu dengan baik," ujarnya.
Lebih jauh Helfi menjelaskan saat proses pembelajaran di TPQ bukan tanpa kendala, tidak jarang ustadz dan ustadzah yang ia temui menyampaikan tatkala anak- anak akan belajar tapi satu dua anak masih tetap ingin bermain sehingga sedikit banyak dapat mengganggu kegiatan mengaji dan kegiatan mengaji menjadi tidak kondusif.
Sementara kendala lain terkait masalah waktu yang terbatas, dimana di Desa Putukrejo Kecamatan Gondanglegi waktu hanya dimulai dari ba'da maghrib sampai sebelum sholat isya. Tantangan yang ditemui sebagai ustadz dan ustadzah dilapangan mengupayakan agar bisa membuat pembelajaran mengaji menjadi lebih menarik dan menyenangkan agar anak-anak tidak bosan dalam kegiatan.