Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Puasa dan Upaya untuk Bebas dari Hoaks dan Provokasi

23 April 2021   16:39 Diperbarui: 23 April 2021   17:02 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Perkembangan hoaks dan provokasi di Indonesia memang sudah masuk kategori mengkhawatirkan. Dalam setiap kejadian apa saja, selalu saja diikuti dengan hoaks dan provokasi. Dalam tahun politik, bencana, bahkan pandemi seperti sekarang ini, ada saja ditemukan hoaks dan provokasi di media sosial. Tentu saja keberadaannya cukup mengganggu. Tidak hanya membuat potensi konflik terjadi, hoaks dan provokasi juga bisa mengganggu ketenangan, kedamaian dan toleransi di negeri ini.

Lalu, bagaimana cara kita untuk terbebas dari hoaks dan provokasi? Bukankah oknum tersebut begitu jeli sampai memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk menebar hoaks dan provokasi? Sepanjang kita membekali diri dengan informasi yang tepat, dengan literasi yang kuat, kita tidak akan mudah terpengaruh informasi yang menyesatkan tersebut. Dan selebihnya menjadi tugas pemerintah dan aparat yang berwajib, untuk memblokir situs-situs atau postingan yang terbukti menebar hoaks dan provokasi.

Jika kita dulu termasuk bagian yang menyebarkan hoaks dan provokasi, saatnya mulai puasa alias berhenti melakukan perbuatan tersebut. Mari kita introspeksi sejenak. Esensi puasa adalah meningkatkan ketakwaan. Dan barometer ketakwaan tersebut adalah menjaga hati dan menjaga lisan. Silahkan direnungkan. Apakah hati dan lisan kita sudah mengarah pada ketakwaan? Atau justru sebaliknya masih terus mencaci orang lain hanya karena persoalan berbeda?

Dengan menjaga hati dan lisan, itu artinya mencegah diri kita untuk menjadi fanatisme dan menjauhkan diri dari bentuk provokasi. Namun karena kecanggihan teknologi, tentu kita tidak bisa lari dari hoaks dan provokasi. Karena tidak bisa menghindar, yang harus dilakukan adalah dengan membentengi diri menjaga hati dan lisan, agar tidak mengeluarkan hal-hal negative. Inilah sebenarnya bagian dari jihad di era digital ini adalah menjaga hati dan lisan, untuk terus mengeluarkan hal-hal positif. Jika kita bisa berpuasa dari perilaku negatif, akan menjadi pribadi yang kuat jika bertemu dengan informasi yang menyesatkan.

Disinilah pentingnya literasi. Dengan literasi yang kuat, kita akan bisa berpikir obyektif. Kita tidak akan merasa paling benar atau menilai orang lain sebagai pihak yang salah. Buang sikap fanatisme dalam diri yang hanya akan menyiksa diri. Jangan juga menjadi pribadi yang menutup diri dengan pandangan dari luar, karena hanya akan menjadikan pribadi yang tidak terbuka. Sementara informasi bersifat dinamis, yang bisa berubah dalam waktu yang singkat.

Dengan puasa dari segala perilaku buruk, kita akan bisa tetap berdampingan dalam keberagaman. Karena provokasi di media sosial begitu sangat kuatnya, sampai terkadang menutup semua logika. Masyarakat tidak bisa berpikir jernih. Kasus pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai, Sumatera Utara beberapa tahun lalu, menjadi bukti ketika logika hilang diganti amarah yang disulut oleh hoaks dan provokasi, membuatkan amarah warga. Akibatnya tempat ibadah yang tidak bersalah, menjadi sasaran amuk massa dengan cara dibakar.

Setop segala bentuk narasi kebencian saat ini juga. Karena negeri ini akan hancur, jika diantara kita masih terus bertikai, hanya karena persoalan yang tidak jelas. Mari saling menghargai satu dengan yang lain, mari saling tolong menolong. Ingat, kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan. Karena itulah mari saling mengendalikan diri agar tidak emosi, agar tidak terprovokasi. Salam toleransi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun