Mohon tunggu...
Akmal Husaini
Akmal Husaini Mohon Tunggu... Wiraswasta - suka menjaga kebersihan

kebersihan sebagian dari iman. Karena itulah jadilah pribadi yang bersih

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Generasi Indonesia adalah Generasi Pemersatu

29 September 2017   06:23 Diperbarui: 29 September 2017   07:31 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu Indonesia - http://smp-benzar2.blogspot.co.id

Satu nusa satu bangsa satu bahasa, Indonesia. Apapun sukunya, apapun agamanya, apapun warna kulitnya, kita semua adalah Indonesia. Semangat ini terus digelorakan oleh para pendahulu, ketika berjuang melawan penjajah merebut kemerdekaan. Ketika masyarakat dipecah belah oleh politik adu domba, para tokoh dan pejuang ketika itu terus berusaha untuk saling menguatkan. Terus berupaya mempertahankan agar negara ini tidak dikuasai penjajah. Karena mengalami nasib yang sama itulah, semua suku yang memiliki budaya yang berbeda, menyatakan perlunya mendirikan sebuah negara yang mampu menaungi segala bentuk keberagaman. Dan negara itu kini sudah 72 tahun berdiri. Yaitu Indonesia.

Indonesia sendiri menjadikan Pancasila sebagai dasar negaranya. Tidak berlebihan, karena nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang bisa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Dan nilai-nilai itu juga bisa kita temukan dalam nilai budaya lokal. Dan karena itu pula, Pancasila terbukti menjadi perekat dari segala jenis perbedaan. Karena Pancasila itu pula, berbagai keberagaman yang ada di negeri ini bisa disatukan melalui kepentingan yang sama, yaitu Indonesia Raya. Dan dalam sila ketiga Pancasila ditegaskan, Persatuan Indonesia. Hal ini menunjukkan, menjaga persatuan merupakan hal yang utama bagi masyarakat Indonesia.

Sebagai negara besar, tentu ujian demi ujian terus datang bergantian. Persatuan Indonesia terus diuji. Jika dulu ada penjajah yang mencoba memecah belah masyarakat Indonesia, kini masyarakat Indonesia sendirilah yang melakukan politik pecah belah. Ujaran kebencian yang muncul di dunia maya, belakangan diketahui bahwa hal itu sengaja diproduksi oleh kelompok Saracen. Ujaran kebencian sengaja dibuat untuk menjelekkan pihak lain. Masyarakat diprovokasi untuk ikut membenci, mencaci, bahkan tidak jarang diprovokasi untuk melakukan tindak kekerasan.

Baru saja terjadi, kantor YLBHI di Jakarta diserang oleh sebagian masyarakat. Alasannya, beredar kabar di media sosial, bahwa kantor tersebut digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk membangkitkan komunisme. Tanpa berpikir panjang, masyarakat yang datang langsung beringas. Akibatnya, bentrokan dengan aparat keamanan pun tak terhindarkan. Polisi terpaksa menembakkan gas air mata untuk mengusir masyarakt yang mulai beringas. 

Setelah itu, isu komunisme terus beredar, digoreng menjadi komoditas politik. Dan hari ini, ribuan manusia dikabarkan akan kembali turun ke jalan menolak komunisme. Pertanyaannya, bukankah PKI sudah dilarang? Bukankah TAP MPR nya juga belum dicabut? Artinya, jika PKI muncul pasti akan menghadapi persoalan hukum. Lalu buat apa harus mengerahkan massa ke jalan?

Mari kita lepaskan ego masing-masing. Karena Indonesia sangat membutuhkan generasi yang toleran, yang tidak marah, dan sangat mengedepankan perdamaian. Karena Indonesia memiliki wilayah yang luas, maka saling bergandengan tangan menjadi hal yang mutlak dilakukan. Saling mengendal tanpa harus mencari perbedaan, menjadi hal yang wajib dilakukan. Ingat, sila ketiga persatuan Indonesia.

Biarlah keberagaman ini mewarnai negeri yang indah ini. Jangan sampai keberagaman ini hilang, hanya karena kita menjadi pribadi yang mudah diprovokasi dan di adu domba. Mari belajar dari sejarah. Jika kita tidak mau belajar dari sejarah, maka negeri yang kaya ini akan hancur, karena generasi mudanya tidak mau menjadi generasi pemersatu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun