Mohon tunggu...
Akil Wasa
Akil Wasa Mohon Tunggu... Wiraswasta - Author - Director - Script Writer

IG : @akilwasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia Terancam Oleh Bangsanya Sendiri

29 Desember 2016   15:58 Diperbarui: 22 Juni 2017   02:34 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sering kali kita menyalahkan bangsa asing. Bersuara lantang menentang Imperialisme dan Kolonialisme. Akan tetapi, belakangan ini tampaknya kita telah melampaui batas. Terlalu fokus memantau pergerakan bangsa asing dan dengan gampangnya melupakan bahaya-bahaya yang justru datang dari dalam. Bahaya-bahaya yang dimaksud disini adalah kelemahan orang-orang Indonesia. Yang pada dasarnya, justru kelemahan inilah yang akan mempermudah bangsa asing dalam melaksanakan misinya. Bahaya-bahaya tersebut adalah sebagai berikut :

1. Krisis Keadilan

Sebagaimana yang tercantum dalam sila kedua pada Pancasila (Kemanusiaan yang adil dan beradab) dan sila kelima pada Pancasila (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia). Tapi apa yang terjadi ?. Sila-sila tersebut boleh dikatakan hanya sebagai simbol semata. Keadilan di Indonesia ibaratkan manusia yang hanya berjalan dengan satu kaki. Bagaikan kepala yang kehilangan satu bola matanya. Hak pendidikan tinggi hanya dimiliki oleh anak si tuan berkantong tebal. Pelayanan kesehatan yang super agung hanya dirasakan oleh sanak-saudara pejabat. Saya sendiri heran dengan kenyataan-kenyataan ini. Bagaimana cara mengatasinya ?. Hingga suatu ketika terbesitlah satu pernyataan yang lahir dari dalam kepala saya. “Kalau keadilan tidak dapat ditegakkan oleh manusia. Apa mau dikata ?. Buatlah suatu mesin yang selalu menyuarakan keadilan.”

2. Hukum Utopia

Samar-samar atau boleh juga disebut antara ada dan tiada (utopia). Hukum di Indonesia jauh dari harapan. Ibaratkan kapal yang kehilangan nakhoda. Terombang ambing di laut lepas. Hukum di Indonesia tak jelas kemana arahnya. Koruptor yang menggelapkan uang milyaran rupiah, duduk santai menikmati keindahan pantai di Indonesia, sedangkan orang biasa mendekam di dalam sel bertahun-tahun terkait perihal pencurian seekor ayam. Lihat perbandingan itu !!!. Padahal keduanya sama-sama melakukan kesalahan. “Hukum di Indonesia bisa dibeli.”

3. Kurang Jujur

Bukannya bermaksud mencela bangsa sendiri, namun begitulah realita yang terjadi. Di zaman sekarang ini, orang jujur di Indonesia boleh di bilang sangat langka. Mengapa saya berani menulis demikian ?. Perhatikan kelakuan para pejabat-pejabat negara yang seharusnya menjadi contoh sehingga dapat memberi panutan dalam mensejahterkan bangsa malah melakukan tindak korupsi. Bahkan seorang hakim yang bertugas berjalan menuju keadilan di tutup matanya dengan suap. Padahal banyak diantara mereka yang mengenyam pendidikan tinggi. “Kita dibohongi oleh bangsa kita sendiri.”

4. Ego Tinggi

Sidang berakhir ricuh. Ormas bentrok sana-sini. Partai politik saling menyerang, menunjukkan tajinya. Sudah saatnya bangsa Indonesia hidup damai dan tentram. Semua pemimpin bangsa harus melupakan ego politiknya. Bahu-membahu bersatu membangun dan memajukan Indonesia. “Ketika egoisme menguasai diri, kita akan kehilangan harga diri.”

5. Perbedaan Jadi Perpecahan

Perbedaan dari segala macam sisi yang ada di Indonesia seharusnya mampu kita kontrol dengan baik sehingga tidak menimbulkan hal-hal yang sangat merugikan. Suku bangsa dan kebebasan beragama misalnya, kedua hal ini seharusnya menjadi daya tarik Indonesia bagi bangsa luar, bukan malah sebaliknya. Belum lagi perbedaan faham-faham yang melekat di kepala orang berpendidikan. Cukuplah sudah pertumpahan darah dan kegaduhan di tanah sendiri menjadi pelajaran bagi kita semua agar di masa yang akan datang catatan buruk tersebut dapat tertutupi oleh perdamaian dan kemajuan bangsa. “Bukanlah pelangi terlihat indah karena persatuan dari berbagai warna.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun