Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Al-Qur'an Membentuk Karakter Mulia

24 Desember 2022   17:09 Diperbarui: 27 Desember 2022   11:13 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayu Zakinah , Mughni, Hafshah, Nabihah, Raisya, Athifah, Fauziyah, dan beberapa santri sekolah putri Darul Istiqamah lain yang telah melakukan tasmi 5-30 juz sekali duduk adalah para santri yang memiliki karakter dan pembawaan yang kalem dan lembut.

Hal ini berdasarkan apa yang saksikan pada mereka pada saat-saat tertentu misalnya selama mengajar atau bertemu mereka dalam beberapa momen, misalnya Ayu Zakinah, santri kelas XI asal Sengkang yang telah melakukan tasmi' 30 juz sekali duduk, saya menilainya sebagai sosok santri yang tak banyak tingkah dan tak banyak bicara. Nyaris saya tak mendengar suaranya kecuali saat ia bertanya atau hal lain yang memaksa ia berbicara.

Pernah suatu ketika saya mengadakan game bahasa Arab di kelas XI gabungan Saintek dan Tarbiyah. Ia menjawab semua pertanyaan kuis sehingga membuat seorang temannya spontan berteriak "masya Allah cerdasnya." Saya pun menjawabnya "ini karena berkah Al-Qur'an".

Sementara itu Mughni (kelas XII), dan Nabiha (kelas X) meski tak pernah mengajar mereka di kelas, tapi dari beberapa momen, saya sangat terkesan pada mereka.

Mughni misalnya, pernah saya menanyainya akan kuliah di mana. Ia menjawab : "kalau bukan di Timur Tengah, minimal di LIPIA, Albirr, atau STIBA. Yang jelas bisa kuliah di kampus yang tak bercampur pria dengan wanita." Tentu jawaban seperti ini adalah merupakan refleksi dari pribadi wanita yang berusaha menjaga kemuliaan dirinya.

Ada pun Nabiha, saya sering kali melihatnya menyendiri. Baik itu di pojok masjid atau di gazebo. Bibirnya komat-kamit sambil menutup mata. Saya tahu ia sedang serius menghafal atau mengulang-ulangi hafalannya.

Suatu ketika dalam kondisinya seperti itu, saya mendatangi Nabiha dan bertanya tentang hafalannya. Ia hanya tersipu malu tak menjawab sepatah kata pun. Jujur, saya pribadi bahkan tak punya gambaran tentang suaranya. Saya sampai menjulukinya santri yang lebih banyak menggunakan lisannya untuk menghafal dibanding berbicara.


Pindah ke siswi kelas VIII, Fauziyah dan Athifah, saya mengajar keduanya bahasa Arab sekarang. Kurang lebih sama dengan tiga kakak kelasnya di atas, memiliki pembawaan kalem dan tenang. Tak banyak tingkah di kelas, patuh dan sopan. Selain itu pula  mereka cerdas. Kalau ada tugas, hampir selalu paling pertama menyelesaikannya.

Anda mungkin penasaran seperti apa itu manifestasi karakter santri smart and shalihah yang menjadi tagline Spidi. Maka tengoklah sosok santri Raisa Anindya (kelas IX) dan Hafsah Muthahhir (kelas XI). Keduanya adalah cerminan sosok santri yang cerdas lagi shalihah.

Hafsah misalnya, saat saya bertanya menguji santri, hampir selalu ia yang angkat tangan lebih dahulu. Hingga saya bilang : "semua boleh menjawab kecuali Hafsah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun