Mohon tunggu...
Mudzakkir Abidin
Mudzakkir Abidin Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang suka menulis

Menulis adalah sumber kebahagiaan. Ia setara dengan seratus cangkir kopi dalam menaikkan dopamine otak. Jika kopi berbahaya jika berlebihan dikonsumsi, namun tidak dengan tulisan, semakin banyak semakin baik buat otak.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Hati-Hati Memilih Makanan Jepang

24 Agustus 2022   07:10 Diperbarui: 24 Agustus 2022   19:24 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Kompas.com

Beberapa waktu silam saya iseng menonton sebuah video di YouTube. Menyorot seorang artis tersohor di negeri ini yang sedang makan di sebuah restoran di Jepang bersama keluarga dan teman-temannya. Tak tanggung-tanggung, mereka menghabiskan puluhan juta rupiah untuk makan.

Beberapa jenis makanan ala Jepang mereka santap. Karena mereka semua muslim, saya yakin daging-daging matang maupun mentah yang mereka makan bukan nuraniku (daging babi dalam bahasa Jepang). Namun ada hal yang seringkali dilupakan. Atau bahkan mungkin diacuhkan oleh seorang muslim.

Kita bahas di bawah...

Untuk makan di restoran non muslim ada banyak hal yang harus diperhatikan. Jangan selalu fokus terhadap daging babi saja. Sebab terkadang yang kita konsumsi adalah daging sapi, ayam, kambing, seafood, bahkan sayuran, namun telah terpapar bumbu-bumbu yang tidak halal. Ini yang terkadang tidak diketahui, atau bahkan diacuhkan oleh seorang muslim.

Untuk restoran Jepang sendiri, menurut informasi mayoritas masakannya menggunakan bumbu mirin atau bumbu beralkohol lainnya. Sebab mirin adalah bumbu untuk mengidentikkan cita rasa khas Jepang pada makanan. Daging babi mungkin bisa dicarikan alternatif, namun tidak dengan mirin. Ada yang kurang rasanya jika tanpa mirin. Aroma dan rasanya kurang dapat. Kurang 'nendang' Jepangnya. Sehingga wajib adanya.

Dari berbagai sumber yang saya baca, mirin sendiri adalah minuman beralkohol yang rasanya agak manis. Dipercaya mampu menghilangkan bau amis pada daging, meminimalkan resiko hancur pada makanan saat diolah misalnya beras saat dimasak, dicampur mirin agar merekat kuat, dan tentunya juga sebagai penyedap makanan Jepang yang mengutamakan rasa manis.
Ini baru mirin, belum bumbu yang lainnya seperti sake, miso, Shoyu, dan lain-lain.

Intinya, makan di restoran ala Jepang sebaiknya dihindari jika kita tak mampu menjamin kehalalannya.

Kembali ke video artis tadi. Saya yakin tak ada daging babi yang dihidangkan. Namun kurang yakin terhadap kehalalan bahan bumbu masakannya. Alasannya mereka makan bukan hanya di restoran Jepang, tapi juga langsung di Jepang.

Maksud saya, tak ada rambu-rambu soal halal haram di sana seperti di Indonesia. Belum lagi soal sembelihannya. Meski sembelihannya adalah binatang halal, namun sembelihan non muslim selain Yahudi dan Nasrani tidak halal buat muslim. Karena menurut data, Jepang diisi mayoritas penganut agama Shinto dan Buddha.

Jadi kalau di Indonesia bisa dijamin halal?
Tidak juga begitu. Bisa iya, bisa tidak.
Menurut informasi, hanya sedikit restoran Jepang yang bersertifikat Halal. Bahkan meski telah mendapatkan pengakuan kehalalan dari MUI, tetap saja ada menunya yang 'kurang Halal'. Ini menurut pengakuan beberapa orang karyawan  mereka.
Ingat kasus Aj**omoto kan???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun