Ramadhan adalah momentum untuk memperbaiki hubungan secara vertikal kepada Allah dan hubungan horizontal kepada sesama manusia.
Hati dan jiwa kita sudah diletihkan oleh dosa dan maksiat yang kita lakukan di luar Ramadhan.
Fisik dan raga kita juga telah menderita oleh kesedihan, kesempitan, kesusahan hidup yang disebabkan oleh dosa dan maksiat yang kita lakukan.
Oleh karena itu kita merindukan Ramadhan. Kita membutuhkan Ramadhan. Karena kita tahu bahwa bulan Ramadhan adalah momen terbaik untuk menata hati, menenteramkan hati dengan memperbanyak amal-amal hati kepada Allah seperti cinta, ikhlas, khauf (takut), raja' (berharap) kepada Allah.
Ramadhan adalah momen terbaik untuk mengobati fisik dari penderitaan hidup dengan amal ibadah fisik seperti shalat, puasa, sedekah, tilawah, dan sebagainya.
Ramadhan adalah momentum untuk menjawab seruan :
"Wahai perindu kebaikan, mendekatlah. Dan wahai perindu keburukan berhentilah!"
Orang yang mengetahui ramadhan adalah momentum terbaik untuk mendekatkan diri dan merekatkan hubungan dengan Allah setelah hubungan yang jauh dan buruk di luar bulan Ramadhan akan memaksimalkan Ramadhan untuk mendapatkan ridha dan maghfirah.
Bukankah puasa ramadhan adalah sarana terbaik mendapatkan ampunan ?
Bukankah shalat tarawih atau tahajud adalah sarana terbaik untuk mendapatkan ampunan Allah?
Kita harusnya seperti Umar bin Khattab dalam memaksimalkan waktu untuk beribadah pada Allah dan juga melayani rakyatnya.