Film The Furnace ( ), Mempelajari Sejarah Islam dan Unta di Australia dari Kisah Pemuda Afghanistan
_______________________________________
Lebih seminggu saya sakit. Mengharuskan saya menghabiskan waktu lebih banyak di atas kasur. Salah satu hal yang kadang saya lakukan untuk mengusir rasa bosan adalah menonton film.
Kali ini film bergenre western berjudul the Furnace. Dalam judul berbahasa Arabnya adalah yang terjemahan Indonesianya berarti penjaga emas. Disutradarai oleh Roderick MacKay, dibintangi Ahmed Malek, aktor asal Mesir. Berlatar belakang masa penjajahan kolonial Inggris di negeri kangguru, Australia pada abad 19.
Hanif (Ahmed Malek), pemuda asal Afghanistan yang dikirim oleh ayahnya untuk mencari nafkah ke Australia menjadi seorang cameler (joki unta), yang bekerja mengangkut barang-barang orang lain menyeberangi gurun yang luas menggunakan tenaga unta.
Dalam perjalanannya sendirian menyeberangi gurun, ia tak sengaja menjumpai komplotan perampok emas batangan milik kerajaan Britania yang semuanya mati terbunuh kecuali Mal (David Wenham) seorang yang sedang terluka parah.
Akhirnya karena tergoda iming-iming bagi emas oleh Mal, Hanif rela mengobati dan mengantar Mal pergi ke tempat peleburan emas menghilangkan stempel kerajaan yang tercetak pada emas batangan tersebut agar bisa dijual.
Ada apa dalam perjalanan mereka? Bagaimana mereka bisa lolos dari kejaran polisi kerajaan dan komplotan penjahat? Saya tak perlu menuliskan di sini. Sebab spoiler adalah hal terlarang bagi penyuka film.
Yang jelas film yang dirilis tahun 2020 ini membuat saya merasa ingin bertualang ke Australia. Imajinasiku terpancing kuat.
Saya lebih tertarik menyoroti nilai-nilai budaya, agama, dan sejarah dalam film ini ini.
"Saya ingin membuat sejarah lebih aksesibel melalui kisah yang menarik," jelas Roderick MacKay.
Hanif digambarkan sebagai sosok relijius, yang tak pernah alpa melaksanakan shalat. Ada tiga-empat kali adegan Hanif melaksanakan shalat. Belum lagi adegan wudhu dan shalat berjamaah. Sesuatu yang sangat jarang terjadi dalam film barat yang cenderung anti Islam.
Selain kisah persahabatan Hanif dengan suku Aborigin, film ini juga menceritakan tentang pertemanan Hanif dengan beberapa orang India yang beragama Sikh, juga dari Iran yang menganut Syiah. Hubungan mereka sangat kuat. Mungkin karena mereka merasa senasib seperjuangan sama-sama dari negeri dengan ras yang sama.