Mohon tunggu...
Ahmad Akhtar
Ahmad Akhtar Mohon Tunggu... Penulis - writing.

sedang berkuliah

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

"The Five Legacies Of Legend", Blue Kris

22 Februari 2018   15:59 Diperbarui: 22 Februari 2018   16:03 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

PROLOG

PERMULAAN

Sekelompok orang berlari menghindari kejaran monster. Salah seorang itu bertubuh pendek tapi atletis. Dia memegang sebuah panah emas maha besar. Walaupun benda itu sangat besar daripada tubuhnya yang kecil, tapi orang itu mampu memegangnya sambil berlari. " Kenapa kita harus menghabisi setiap monster sih," keluhnya. "Seharusnya ayahanda mememberi tugas enteng saja."

"Jangan mengeluh dik," kata pria besar yang membawa senjata gadha berukuran raksasa. "Kita diberi tugas semacam ini pun ada bagusnya. Setelah membunuh monster kita mendapat istri masing-masing."

"Tapi, apa bedanya monster yang kita bunuh selalu mewujud kembali!" bentak pria pendek itu. "Ini sama saja dengan bunuh diri," ucapnya tanpa menghentikan larinya. "Sampai umur kita tua monster itu terus meneror kita. Kita kelima pahlawan yang disanjung-sanjung oleh masyarakat, sekarang menjadi buronan."

Suara raungan menghentilkan percakapan mereka. "Kita harus menyembunyikan senjata kita lebih dulu," kata pria besar. "Semoga saja generasi selanjutnya lah yang akan menghabiskan para monster."

Si pria pendek menatapnya sambil terbengong, tak menyangka kakaknya berbicara seperti itu. "Apa maksud kakak?" tanyanya. "Benar dik," kata kakaknya. "Kita harus mengamankan senjata-senjata kita. Saudara kita yang lain juga begitu. Mereka menyembunyikan senjata mereka untuk digunakan para penerus kita."

"Apa maksud semua ini," katanya. "Kita kekal kak. Kita bisa mengurus monster itu sendiri. Kita anak dewa. Kitalah penyelamatnya bukan manusia fana itu." Si kakak meletakkan gadhanya di sebuah gua dihadapan mereka. Pria besar itu memantrai gua tersebut.  Pria itu menggumamkan kata-kata kuno yang tidak dimengerti kecuali 'Keturunan Dewa'. Setelah selesai menggumamkan kata-kata tersebut gua berguncang dan berpendar kemerahan. Gua bersinar terang sampai-sampai kedua saudara itu memalingkan wajah mereka. Dan seketika gua itu menjadi gua biasa. Sang kakak terhuyung kelelahan hamper pingsan.

"Giliranmu," ucapnya parau. "Sembunyikan senjatamu dik. Kita sudah tua. Saatnya penerus kita yang melanjutkan perjuangan kita." Badan sang kakak berpendar merah, Lalu menghilang di langit-langit. Sang adik menahan tangis. Dia bergegas pergi menjauhi gua. Mencari tempat untuk menyembunyikan panahnya yang mahabesar itu.

Dia berlari menuju suatu altar tua. Bangunan itu sepertinya berdiri lebih lama. Mungkin sudah beberapa ratus tahun? Beribu tahun? Entahlah. Dia memasuki altar tua itu. Walaupun bagian luarnya teramat kecil dan kotor tapi bagian dalamnya masih bersih. Di tengah-tengahnya terdapat sebuah makam untuk jenazah. Bagaimana kalau aku menyembunyikan panahku disana saja. Pikirnya. Dia mecoba membuka peti itu. Dan ternyata sesuai dugaannya tidak ada mayat sama sekali.

Setelah membuka peti dia meletakkan panah emasnya yang mahabesar itu, dia agak takut kalau-kalau panahnya tidak muat karena panahnya panjang. Tapi mau bagaimana lagi dia sudah berusaha. Kalau dia tidak bergegas monster itu akan menemukannya! Tanpa berpikir panjang dia meletakkan panahnya dan dia bersyukur karena muat. Dia segera menutup peti lalu memantrainya. Sama halnya dengan sang kakak. Setelah memantrai peti itu dia langsung berpendar kuning sama dengan warna panahnya. Dia menutup mata lalu menghilang menjadi cahaya bersinar, tepat pada waktu sang monster berada disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun