Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Masker dan Ilusi Psikologi

18 September 2020   19:02 Diperbarui: 19 September 2020   14:52 2393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menggunakan masker ketika berkegiatan. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Yono merasa jengkel saat mobilnya diberhentikan oleh petugas dan dikenakan sanksi gegara tidak menggunakan masker dengan benar. 

"Saya sedang berbicara dengan istri, dan kaca mobil juga tidak terbuka sedikitpun!" sanggahnya saat petugas menjatuhkan denda akibat perbuatannya yang dianggap melanggar protokol kesehatan.

Masker ditetapkan sebagai salah satu perangkat yang harus digunakan saat kita hendak keluar dari rumah atau menuju tempat keramaian di masa pandemi. Masker disebut WHO sebagai salah satu cara paling mudah dan efektif untuk mencegah penularan virus. 

Beberapa daerah bahkan menerapkan sanksi jika terdapat ketidakpatuhan, mulai dengan sanksi sosial seperti menyapu jalan hingga sanksi finansial berupa denda uang. 

Masyarakat kita memiliki karakteristik yang unik dan berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya, terutama dalam hal kedisiplinan. Bukan pekerjaan mudah mensosialisasikan kebiasaan baru seperti menggunakan masker.

Dalam kacamata hukum, apa yang dilakukan Yono dianggap sebagai pelanggaran, sedangkan dalam perspektif kesehatan mungkin masih menjadi perdebatan, pasalnya Yono di dalam ruangan dan bersama orang terdekatnya (istri) dan tidak melakukan kontak dengan orang lain. 

Psikologi, dalam hemat saya bisa saja melihat tindakan Yono dalam perspektif yang berbeda. Meskipun masker dipandang sebagai salah satu cara mudah dan efektif untuk mencegah penularan, namun secara psikologis dapat saja mengganggu gaya komunikasi. 

Saat berbicara menggunakan masker, apa yang kita lihat dan dengar bisa saja menjadi tidak selaras atau paling tidak masker membuat kita merasa sulit untuk mengikuti percakapan, atau bahkan salah menafsirkan apa yang sedang dibicarakan.

Masker dan Efek McGurk

Kabar baiknya adalah, bahwa kita memiliki otak yang sangat fleksibel dan efisien. Otak membantu manusia untuk memahami dan mengontrol dunia (lingkungan sekitarnya). 

Namun, terkadang kabar tersebut menjadi paradoks. Sisi fleksibilitas dan efektivitas otak terkadang juga menjadi kabar buruk, karena mengarahkan manusia pada kesalahan memahami lingkungannya. Inilah yang menjadi dasar dari teori yang dirumuskan tahun 1976 oleh Harry McGurk dan John MacDonald.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun