Mohon tunggu...
Akhmad Mukhlis
Akhmad Mukhlis Mohon Tunggu... Dosen - Gandrung Sepak Bola, Belajar Psikologi

4ic meng-Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pecinta Liga Champions 2019, Berterimakasihlah pada Zidane!

14 Maret 2019   17:39 Diperbarui: 14 Maret 2019   17:58 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diadopsi dari www.theguardian.com

Saya pernah berjanji untuk tidak lagi melihat Liga Champion tahun ini, namun ada yang membuat keputusan saya berubah. Dialah Zidane!

Untuk pertama kalinya sejak 2008-09 Liga Premier diwakili oleh empat tim dalam babak perempat final Liga Champion. Tidak ada lagi Arsenal dan Chelsea, Manchester United dan Liverpool kini ditemani Tottenham Hotspur dan tetangga berisik dari MU. Kecuali MU, semuanya menang menyakinkan. Manchester City paling berisik dengan gelontoran 10 gol dan hanya berbalas 2 oleh Shalke, skor kandang mereka mungkin menjadi rekor di babak 16 besar. Spurs menyusul dengan surplus 4 gol tanpa balas. Liverpool mungkin paling heroik karena menggagalkan usaha Bayern Munchen menuju perempat final untuk kedelapan kalinya. Sedangkan MU boleh dibilang menunjukkan bahwa mereka adalah pilihan dewi fortuna setelah mereka menarik anak kesayangannya sebagai manager, Ole Gunnar Solksjaer.

Superioritas Liga Premier atas Bundesliga

Bayern, Dortmund dan Shalke kesemuanya gagal melanjutkan kiprah wakil Bundesliga di perempatfinal Liga Champions setelah 13 tahun. 13 tahun!  Pendukung Bayern mungkin paling kecewa, karena mereka terlihat sangat jumawa di liga sebelum menjamu Liverpool. Hanya membutuhkan satu gol rasanya mudah bagi Niko Kovac yang telah berhasil beradaptasi dengan tekanan Bavarian. Nyatanya mereka melengkapi derita Dortmund dan Shalke dengan total agregat 17-3. Cukup memalukan bagi Jerman dihadapan Inggris. Mungkinkah Jerman sedang dalam era transisi kembali setelah berjaya beberapa tahun lalu? Atau memang kualitas mereka sekarang berada di bawah Inggris, mengingat banyak sekali talenta muda Tiga Singa di impor ke Bundesliga. Yang pasti Guardiola telah berpindah ke tanah Elizabeth.

Prancis yang masih begitu saja

Leg pertama 16 besar mungkin menjadi pesta semu kesebelasan Prancis. Sang raja Paris mampu menundukkan tim serba nanggung MU di teater impian dengan 2 gol tanpa balas, sedangkan Lyon dengan sangat meyakinkan mampu memberikan perlawanan kepada Barcelona. Nyatanya, mimpi di Liga Champions lagi-lagi harus kembali dikubur oleh warga Prancis. Kebahagiaan dalam Piala Dunia terakhir seperti tidak lagi membekas. PSG di luar dugaan kalah dramatis dengan gol aneh di menit terakhir, sedangkan tenaga Lyon tak mampu lagi menahan sihir Lionel Messi yang menyarangkan 2 gol dan 2 assis. Andai saja kedua wakil mampu melaju ke 8 besar, sejarah akan terukir. Bukan saja meloloskan dua wakil, namun membuat Spayol tanpa wakil adalah pencapaian yang luar biasa. Tapi kini semuanya telah menjadi ilusi bagi wakil Liga Prancis.

Berterimakasihlah pada Zidane

Meskipun juara Liga Champions masih sulit diprediksi, namun sampai disini kita patut memberikan apresiasi bagi seorang pelatih jenius bernama ZInedine Zidane. Mengapa? Bayangkan jika saja dia tidak mengucapkan "sampai jumpa" kepada Madridista 286 hari yang lalu, mungkin saja kompetisi ini akan kehilangan gairah. Melihat Ramos kembali sampai babak puncak dan kemudian menjuarainya adalah hal yang paling membosankan dalam tiga tahun terakhir. Saya kira Madridista yang rasional akan juga berkata demikian.

Kompetisi para juara dengan juara yang sama adalah hal yang tidak menarik. Untung saja Zidane 'berbaik hati' menanggalkan jabatannya waktu itu. Terlepas dari gossip perselisihan visinya dengan menejemen klub, saya rasa itu adalah angina segar bagi Liga Champions 2019. Tanpa Zidane, Madrid hanyalah...silahkan lengkapi titik tersebut. Mereka gagal di semua kompetisi yang mereka ikuti. Terlepas dari CR7, Zidane tetaplah aktor utamanya. Karena toh sebelum Zizou datang Cristiano cs. juga kesulitan mendominasi Eropa.

Disisi lain, Zidane juga ingin menunjukkan kapasistasnya. "Coba saja lakukan" begitu kiranya kata-kata yang ada dalam hatinya ketika menjawab keraguan akan kualitas taktiknya di Madrid. Segudang pemain bintang tidak akan menjadi apa-apa tanpa peramu taktik dan mentor yang handal. Sudah saatnya kita memberikan salah satu tempat terbaik bagi Zidane dalam urusan meramu taktik. Jangan hanya menyebut Bielsa, Sir. Alex Ferguson, Jupp Heynckes, Ancelotti, Guardiola, Mourinho, Klopp dan Deschamp saja. Zidane-lah yang membuat saya tetap melekan setiap rabu dan kamis dinihari. Terimakasih Zizou!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun