Mohon tunggu...
Faisol
Faisol Mohon Tunggu... Wiraswasta - Lahir di Jember - Jawa Timur, Anak ke 2 dari enam bersaudara.

Instagram : akhmadf_21 Twitter : @akhmadf21

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Ketika Segala "Sesuatu" Mengharuskan Pertemuan Secara Virtual Zoom

14 Mei 2021   21:40 Diperbarui: 14 Mei 2021   21:54 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : www.solopos.com

Kemajuan dan perkembangan teknologi memang begitu pesatnya di zaman modern ini. Dunia seperti dalam genggaman, akses informasi dan digitalisasi menjadi view untuk melihat masa depan, sehingga ada ungkapan "Siapa yang menguasai informasi dan komunikasi, maka ia akan merajai dunia", benarkah demikian?

Ungkapan tersebut, memaksa kita untuk mengamininya, sementara pada faktanya hal itu tidaklah demikian, karena segala sesuatu pasti ada plus-minusnya, termasuk akses informasi dan di gitalisasi.

Ketika pandemi covid 19 merebak dengan gencar pada awal tahun 2020, Pembatasan Sosial berskala Besar di berlakukan oleh pemerintah, memaksa kita sebagai masyarakat umum untuk melakukan segala sesuatu secara virtual, dalam rangka memutus mata rantai. Dengan virtual zoom diharapkan beraktifitas dirumah saja, dengan segala lebih dan kurangnya.

Pandemi sejak lahir pada tahun 2019, dan merebak di Nusantara ini mulai awal tahun 2020, menjadikan pola dan tatanan kehidupan ikut pula mengalami perubahan yang signifikan. Beberapa hal yang bisa di contohkan, dan telah merubah pola tatanan aktivitas masyarakat, yakni pada aspek ekonomi, pendidikan, dan kesehatan. 

Pada aspek perekonomian dimasa pandemi, memang tidak bisa kita pungkiri ikut melemah, karena aktivitas hanya dirumah saja, sehingga daya beli masyarakat menurun drastis. Semakin melemahnya perekonomian masyarakat karena faktor ekonomi, mengharuskan pemerintah untuk ikut turun tangan membantu masyarakat yang lemah pada aspek perekonomian, melalui kementerian sosial. Sudah berapa juta masyarakat di Indonesia ini yang mendapatkan bantuan seperti BLT, BPUM, PKH dan masih banyak lagi yang lainnya.

Hutang negara sampai saat ini sudah tercatat enam ribu triliun lebih, untuk menangani berbagai persoalan di negeri ini, terutama pengentasan wabah yang bernama cobid 19, belum lagi soal pendidikan dan perekonomian, tentu hal tersebut menjadi sebuah agenda besar bagi pemerintah dan masyarakat untuk melakukan pemulihan secara ekonomi, pendidikan dan kesehatan.

Kembali lagi pada problem pandemi covid 19, yang sampai detik ini, masih belum dikategorikan aman secara menyeluruh. Masih banyak zona yang terbagi secara parsial. Ada zona hitam, merah, dan hijau, kluster pembagian tersebut di lacak dari kasus yang muncul ditengah-tengah masyarakat, dan ditambah lagi untuk saat ini, kluster baru atau varian covid 19, hasil dari mutasi dari virus sebelumnya, yang berakibat lebih fatal lagi, bagi kesehatan masyarakat.

Demi menjaga dan memutus mata rantai penyebaran covid 19, dengan adanya pembatasan kegiatan masyarakat seperti pada umumnya, mengharuskan banyak hal bisa di lakukan secara virtual zoom saja.

Baik instansi pemerintahan, swasta, dan masyarakat pada umumnya, mengharuskan melakukan komunikasi dan kordinasi dengan virtual zoom saja, demi menjaga kesehatan, dan memutus penyebaran wabah tersebut.

Semisal dalam dunia pendidikan, sudah lebih dari 1 tahun anak didik, melakukan kegiatan belajar dengan virtual zoom, dan memanfaatkan digitalisasi, sebagai wahana untuk belajar. Apa plus-minusnya ? Digitalisasi memang sangat memudahkan bagi anak untuk bisa tetap belajar secara daring, dan guru membimbing anak didiknya, untuk melakukan tugas pelajaran cukup dirumah saja, dengan didampingi orang tuanya. Seberapa efektifkah pelajaran online atau pelajaran secara daring?

Secara seksama kita sadari bahwa ketika bicara efektif dan efisien, tentu saja pelajaran daring menjadikan anak didik kita, kurang bisa memahami pelajaran seutuhnya, karena di batasi oleh kegiatan hanya melewati hp saja. Belum lagi sisi minusnya, bagi anak yang kurang mampu untuk membeli hp dan pameran, menjadi persoalan tersendiri, belum lagi minimnya sinyal, yang mengharuskan anak di pelosok harus naik gunung untuk ikut pelajaran dan mendapatkan sinyal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun