Mohon tunggu...
andy_the_learner
andy_the_learner Mohon Tunggu... Pengajar Bahasa Inggris

Very enthusiastic about optimizing English learning by injecting a great sense of humour and games in a classroom. Students are united in applying theories into useful speaking and writing practices.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

War Takjil Yes; Konsumerisme No

6 Maret 2025   10:13 Diperbarui: 6 Maret 2025   10:26 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto War Takjil (Sumber : AI Dalle)

Salah satu keberkahan bulan Ramadhan adalah moment berbuka, dimana kaum Muslim mengakhiri ibadah puasanya dengan makan dan minum. Segelas air putih rasanya cukup untuk menghapus dahaga. Begitu juga 3 buah kurma, sesuai anjuran Nabi Muhammad SAW, akan menghapus rasa lapar. Akan tetapi, rasanya kurang lengkap jika tidak ada takjil pada sajian berbuka kita. Apalagi jika kita bisa menemui jajanan atau minuman yang hanya muncul pada saat bulan Ramadhan.

Tidak heran jika kaum Muslim di Indonesia berburu takjil pada bulan yang suci ini. Istilah yang lagi  ngetrend saat ini: War Takjil. Sembari menunggu adzan berkumandang atau yang biasa dikenal dengan ngabuburit, mereka mendatangi sentra makanan atau lapak-lapak penjual makanan dan minuman yang sudah berjajar di pinggir jalan. Uniknya, tidak hanya kaum Muslim yang ramai-ramai berburu makanan dan minuman, para non-Muslim pun kerap terlihat mengikuti tradisi ini.

Fenomena war takjil ini perlu dicermati karena memiliki nilai positif dan negatif. Harapannya para pembaca artikel ini dapat memperoleh hal-hal positif yang ada pada tradisi ini dan meninggalkan hal-hal negatif yang menyertainya.

War Takjil sebagai Self Reward

Puasa adalah sebuah ibadah yang cukup menantang bagi kaum Muslim. Harus menahan dahaga dan rasa lapar selagi berdinamika dalam proses belajar atau bekerja tentu bukanlah hal yang mudah. Ada siswa yang harus mengerjakan tugas-tugas rumahnya yang banyak dan rumit. Karyawan yang bisa jadi berbuat kesalahan dalam menjalankan tugas dan dimarahi oleh atasannya.

Juga, kaum Muslim dilatih untuk mengendalikan hawa nafsunya. Dari berbagai permasalahan dan kesulitan yang dihadapinya, mereka harus melatih kesabaran dan bertahan untuk mencapai apa yang direncanakannya.

Oleh karena itu, berburu takjil (war takjil) memungkinkan digunakan sebagai self-reward. Momen mereka mengapreasi diri atas pencapaian puasa yang dijalaninya setiap hari. Dengan apreasiasi ini, kaum Muslim juga akan terus dapat menjaga kontinuitas dalam menjalankan ibadah ini.

Menggerakkan Roda Perekonomian

Adanya bulan Ramadhan benar-benar menjadi berkah bagi semuanya. Termasuk bagi perekonomian suatu bangsa. Para pedagang makanan dan minuman yang menjelang berbuka selalu dikerumuni pembeli-pembelinya. Para pedagang dan pengusaha pakaian dan alat-alat ibadah (sarung, songkok, sajadah, dsbnya) yang kebanjiran order. Transportasi darat, laut dan udara yang kebanjiran oleh para penumpang yang hendak balik ke kampung halaman guna bertemu orang-orang tercintanya. Semuanya nyata menggerakkan roda ekonomi.

War Takjil menghadirkan permintaan / demand yang tinggi pada aneka makanan dan minuman yang dapat disajikan untuk berbuka puasa. Menurut bisnis.com, misalnya, pedagang di Pasar Takjil Benhil mampu meraup omzet hingga 6 juta rupiah per hari selama bulan Ramadhan. Seorang pedagang dawet di pasar pon Trenggalek bisa memperoleh pendapatan sebesar 1 juta rupiah per hari (Wanda Asma Khoiriyah -- Radar Tulungagung).

Terjebak dalam Konsumerisme

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun