Mohon tunggu...
Akbarmawlana
Akbarmawlana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - menerapkan ruang publik agar bermanfaat

Penulis merupakan mahasiswa sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dominasi Budaya Industri Saat Lebaran Melemahkan Physical Distancing

23 Mei 2020   10:15 Diperbarui: 23 Mei 2020   10:12 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kebutuhan palsu merupakan kebutuhan yang mengalami proses manipulasi sehingga seseorang terjebak pada pemikiran penggunaan barang yang senyatanya bukan menjadi kebutuhan (Suseno, 2013). Perkembangan kebutuhan palsu ini semakin terlihat saat covid-19 berlangsung, ketika masyarakat saling menumpuk menjadi satu di tempat perbelanjaan demi mendapatkan barang untuk dipakai saat lebaran. Sebenarnya adanya barang baru lebih bersifat sekunder dengan alasan bahwa kebutuhan akan barang baru tidak penting daripada faktor keselamatan diri. Harapan manusia sudah mengalami pergeseran menjadi berisfat dehumanisasi (Fromm, 2019).

Harapan manusia sudah terbawa pada titik rasa tidak sadar sebab pola perilaku belum bisa berkesinambungan dengan psikis. Psikis manusia sendiri dapat dilihat melalui psikoanalisis dari Sigmund freud melalui tiga konsep berupa id, super ego, dan ego (Syafril & Zen, 2017).  Id merupakan istilah lain dari sifat individu perihal rasa untuk memenuhi kepuasan. 

Bisa dikatakan bahwa id sebagai bentuk dari perilaku yang terlepas dari nilai dan aturan. Lawan dari id berupa super ego dengan fungsinya sebagai pengatur tindakan seseorang agar sesuai dengan nilai dan etika, sedangkan ego adalah bentuk dari penghubung di antara id dan super ego. Peranan ego sangat penting agar perilaku manusia bisa seimbang antara pemuasan dan moralitas.

Ketika manusia bertindak hanya sekadar pemuasan hasrat belaka bisa disebabkan dari id lebih tertanam kuat sehingga ego sulit mengaturnya. Rasio id yang lebih besar maka bisa dikatakan bahwa perilaku manusia lebih di dominasi dari sikap di luar nilai dan aturan. Keinginan itu juga bisa menjadi penyebab dari sikap masyarakat Indonesia lebih mementingkan nilai prestasi dengan membeli barang baru dengan tidak memikirkan kondisi kesehatannya, hal ini diperoleh dari faktor id mereka lebih menjadi penggerak utama daripada super egonya.

Daftar Pustaka

Bramasta, D. B. (2020, May 20). Mengurai Corona, dari Ramainya Pusat Perbelanjaan hingga Ancaman Kluster Baru... Kompas. Com.

Fromm, E. (2019). Revolusi Harapan. (Penerjemah: Hari Taqwan Santoso). Yogyakarta: IRCiS0D.

Nurfajriani, R. (2020, May 22). 21 Mei 2020 Lonjakan Kasus COVID-19 Terbesar, Jawa Timur Alami Penambahan Pasien Corona Terbanyak. Pikiran Rakyat Com.

Suseno, F. M. (2013). DARI MAO KE MARCUSE. Jakarta: PT Gramedia.

Syafril, & Zen, Z. (2017). dasar - dasar ilmu pendidikan. depok: kencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun