Mohon tunggu...
Abdul MananAkbar
Abdul MananAkbar Mohon Tunggu... Freelancer - Apa yang melukai mu, berdarah padaku.

Panggil nama ku tiga kali: "Akbar", "Akbar", Akbar, kau akan langsung mencintai ku.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Anis Matta dan "Post Power Syndrome" dalam Perspektif Teori Hierarki Mashlow

17 Desember 2018   11:11 Diperbarui: 17 Desember 2018   11:34 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam perspektif Abraham mashlow, ketika manusia melakukan sebuah tindakan atau interaksi, manusia sedang melakukan sebuah usaha untuk melengkapi dorongan kebutuhan yang ada di dalam diri mereka. Dorongan kebutuhan yang bersifat dinamis, namun tidak seperti dinamis dalam pengertian Freudian, adanya dinamika berasal dari life insting dan death insting serta self defens mechanism. 

Dinamika dalam diri manusia disebabkan adanya lima kebutuhan dasar, yaitu, fisiologis, keamanan, cinta dan keberadaan, penghargaan, dan aktualisasi. Teori kepribadian Abraham Mashlow dikategorikan sebagai teori gelombang (Madzhab) ketiga, sebelumnya ada aliran depth psychology (psikoanalisa)  dan behaviour. Teori kepribadian Mashlow adalah teori yang bersifat holistik, karena memberikan pandangan yang menyeluruh tentang manusia.

Mashlow membagi menjadi dua bagian kebutuhan, kebutuhan rendah dan kebutuhan tinggi. Unsur dari kebutuhan rendah yaitu, kebutuhan fisiologis dan keamaan, bila dua kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi maka akan terjadi basic anxiety, tiga kebutuhan lainnya dimasukkan dalam kategori kebutuhan tinggi, kebutuhan akan cinta dan keberadaan, kebutuhan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri, ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka kondisi metapatologi akan terjadi kepada orang tersebut. 

Salah satu kondisi yang termasuk klasifikasi metapatologi adalah post power syndrome. Sebuah kondisi tidak normal yang didapati seseorang saat tidak lagi dapat memenuhi salah satu dari tiga kebutuhan tinggi, seperti yang dikelompokkan oleh Abraham Mashlow.

Kata power dalam post power syndrome tidak memiliki arti kekuasaan an-sich, dapat diartikan juga sebuah posisi yang mempunyai jabatan untuk melakukan sesuatu, tanpa jabatan tersebut ada beberapa keputusan atau pencapaian yang tidak bisa diraih oleh seseorang, seperti penghargaan yang diberikan oleh orang lain atau jabatan yang lebih tinggi dari jabatan sebelumnya. 

Dalam  beberapa artikel banyak dijelaskan mengenai syndrome ini, konteksnya tentang seseorang yang tidak lagi bekerja secara rutin, seperti pegawai negri sipil dan semisalnya.

Tulisan ini akan coba memberikan pandangan yang sedikit berbeda, dengan menjadikan Anis Matta seorang politisi muda, dengan jam terbang yang tinggi di kancah perpolitikan nasional pasca reformasi.

Konsep kebutuhan akan penghargaan (esteem need) dalam teori Mashlow, mensyaratkan dua hal, pertama reputasi dan kedua, harga diri. Bila  dua hal ini dapat diraih, kebutuhan akan aktualisasi diri akan tercapai. Sebagai seorang politisi, Anis Matta sudah mendapatkan semua kebutuhan yang dikatakan Mashlow, fisiologis sampai aktulisasi diri. 

Reputasi Anis Matta dapat dilihat dari kepercayaan yang ia dapatkan dari lingkungan partainya, berulang kali ia mendapatkan amanah untuk menjabat sebagai sekretaris Jendral Partai Keadilan Sejahtera, puncaknya saat ia secara aklamasi dipilih untuk menahkodai partai, tidak banyak tokoh yang mempunyai rekam jejak seperti Anis Matta.

Bila kebutuhan dasar seperti fisiologis dan keamanan dapat dipenuhi dengan mudah, karena dorongan akan kebutuhan ini sangat mendasar, berbeda dengan tiga kebutuhan lain yang bersifat metaneed, bila tidak terpenuhi normalnya tidak akan menjadi masalah besar. Catatan yang harus diperhatikan adalah walau pun sudah berada dalam kondisi terpenuhinya semua kebutuhan, tidak berarti dorongan untuk mendapatkan nya kembali juga berhenti. 

Manusia hidup untuk memenuhi lima kebutuhan ini, sampai kematian datang,  itulah asumsi yang mendasari teori Mashlow. Terlihat dalam sosok Anis Matta, kebutuhan tingkat tinggi masih mendorong dirinya, contohnya dengan mendirikan Garbi, sebuah organisasi yang menempatkan dirinya sebagai tokoh sentral, sebuah posisi yang tidak lagi ia dapatkan dalam tubuh Partai Keadilan Sejahtera, posisi strategis, fundamental dan menentukan arah gerakkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun