Mohon tunggu...
Muhammad AkbarHipi
Muhammad AkbarHipi Mohon Tunggu... Lainnya - ASN BPPT

ASN BPPT

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mikroplastik: Polusi dan Solusi

20 April 2020   21:09 Diperbarui: 20 April 2020   21:25 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Banyaknya mikroplastik yang bersifat aditif dan berpotensi memaparkan bahan kimia yang berbahaya di lautan, sangat mengancam keberlangsungan ekosistem laut karena akan membahyakan kehidupan organisme laut, mulai dari plankton hingga ikan paus, yang mencerna fragmen plastik ini.

Bahan kimia yang berbahaya dalam mikroplastik seperti antimikroba, hidrokarbon dan bahan yang tahan api bersifat persisten yang dapat merusak kesehatan dan keanekaragaman hayati.  Organisme yang menelan mikroplastik berpotensi menimbulkan risiko bagi keamanan pangan manusia.

Solusi 

Kesadaran akan untuk mengurangi limbah plastik mulai digalakkan pada tahun 1980an, dimana banyak industri plastik melakukan proses daur ulang dalam pengolahan limbah mereka. Berbagai upaya pun terus dilakukan untuk menemukan solusi-solusi terbaik dalam mengurangi bertambahnya limbah plastik di daratan ataupun di laut.

Selain solusi daur ulang, solusi lain yang dianggap mampu mengurangi pemakaian dan limbah plastik adalah mengganti plastik dengan bahan alternatif yang lebih ramah lingkungan, lebih aman dan lebuh berkelanjutan (sustainable).

Hal ini pun mendorong para ilmuwan untuk mengembangkan bioplastik, yang dibuat dari materi yang dapat diperbaharui (renewable sources) yaitu tanaman seperti gandum, singkong, jagung, dsb. Bioplastik mudah terdegradasi secara biologis oleh mikroorganisme dan secara kimiawi melalui kelembaban dan radiasi sinar matahari.

Walaupun mikroplastik menyebabkan polusi yang sangat besar bagi ekosistem laut, namun solusinya berada didaratan. Perubahan perilaku dalam konsumsi plastik telah diterapkan oleh beberapa negara, seperti dengan melarang penggunaan plastik sekali pakai dalam berbelanja, memilih produk yang tahan lama dan dapat digunakan kembali seperti alat makan, dan melarang penggunaan mikroplastik pada produk kesehatan dan kecantikan.

Perubahan perilaku dalam komsumsi ini dapat menjaga kesimbangan massa jumlah plastik di alam. United Nations Environment Programs (UNEP) menemukan bahwa hampir 70%-80% persen limbah di laut berasal dari daratan yang terbawa oleh aliran sungai.

Sekecil apapun usaha yang kita lakukan untuk tidak menciptakan limbah plastik akan berdampak besar dan berkepanjangan pada kehidupan ekosistem darat maupun laut.  

Referensi

Chatterjee, Subhankar  dan Sharma, Shivika. 2019. "Microplastic in Our Oceans and Marine Health" dalam The Veolia Institute Review Facts Reports Special Issue 19: Reinventing Plastics.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun