Oleh: Suardi
     Baru-baru ini Uni Eropa akan menjatuhkan serangkaian sanksi keempat bagi Rusia atas invasi Rusia ke Ukraina. Sanksi ini dikoordinasikan oleh Amerika Serikat dan sekutu G7 lainnya. Sehingga otomatis dapat dikatakan hubungan kerjasama antara Rusia dan Uni Eropa menjadi pecah akibat invasi Rusia ke Ukraina.
     Seperti dikatakan oleh kepala Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Jumat, 11 Maret 2022, sanksi tersebut meliputi penangguhan perlakuan istimewa perdagangan  dan ekonomi Moskow, menindak penggunaan aset kripto dan melarang ekspor barang mewah UE, serta impor besi dan baja ke Rusia.
     Sebagai langkah awal, Uni Eropa akan melarang impor barang besi dan baja. Von der Leyen mengatakan, hak keanggotaan Rusia dari lembaga multilateral terkemuka, seperti Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia, akan ditangguhkan.
     Selain itu, sekutu G7 minggu depan akan mengoordinasikan penargetan "kroni" Putin dan akan berusaha untuk memastikan Rusia dan elitnya tidak dapat menggunakan aset kripto untuk menghindari sanksi.
     Uni Eropa secara khusus akan melarang ekspor barang-barang mewah Uni Eropa ke Rusia, yang dirancang sebagai pukulan bagi elit Rusia. Akhirnya, blok tersebut akan melarang investasi Eropa baru di sektor energi Rusia.
     Sebelumnya Rusia dan Uni Eropa memiliki hubungan baik terutama dalam hubungan kerjasama energi minyak dan gas. Dikutip dari tempo.co Selasa, 14 Maret 2022, impor barang Uni Eropa dari Rusia mencapai 145 miliar euro atau sekitar 2.267 triliun  pada 2019, menurut kantor statistik Uni Eropa Eurostat, dengan 101 miliar euro di antaranya adalah minyak dan gas.
       Namun, karena kesal kepada Rusia yang menginvasi Ukraina Uni Eropa memberikan sanksi kepada Rusia, padahal dulu Rusia dan Uni Eropa memiliki hubungan kerjasama yang baik.
     Lalu bagaimana hubungaan kerjasama Rusia dengan Uni Eropa sebelumnya Rusia melakukan Invasi ke Ukraina. Nah, pada artikel ini akan dibahas mengenai pertanyaan ini.
Sejarah Singkat Industri Gas Rusia