Narsisme adalah keadaan dimana seseorang mencintai dirinya secara berlebihan.
Cirikhas pengidap narsis diantaranya adalah menganggap dirinya sangat penting, memiliki kepercayaan diri yang berlebihan (overconfidence), merasa jauh lebih baik daripada yang lain, seringkali gagal memahami perasaan atau pikiran orang lain, gemar mengeluarkan pernyataan atau melakukan kegiatan yang "nyeleneh" untuk mendapatkan perhatian atau tanggapan-tanggapan dari yang lain, tidak perduli apakah tanggapan itu bersifat positif atau negatif.
Hingga saat ini penyebab narsisme belum bisa diketahui sepenuhnya karena permasalahannya yang kompleks. Diduga penyebabnya dipicu oleh tumbuh kembang masa kecilnya yang tidak normal akibat dari kondisi lingkungan sosialnya yang buruk dan adanya gangguan pada sistem syarafnya.
Dalam konteks media warga Kompasiana, cirikhas pengidap sindrom narsis yang kental adalah gemar memilih topik yang bisa menghebohkan dan membuat judul yang "bombastis" untuk mendapatkan respon dalam bentuk tanggapan atau tulisan.
Pengidap sindrom ini senang sekali jika berhasil menarik perhatian, menjadi bahan pembicaraan dan dia tidak perduli apakah pembicaraan itu memuji atau mencaci dirinya, merasa bahwa dirinyalah yang paling memahami topik yang dibahasnya.
Khususnya pada orang dewasa, solusi untuk mengatasi sindrom narsisme ini cukup sulit karena seringkali pengidapnya tidak menyadari atau tidak mau mengakui penyakit yang sedang diidapnya.
Sedangkan bagi pengidap yang masih berada dibawah pengawasan orangtua dan orang dewasa yang telah menyadari dirinya mengidap sindrom ini, solusi untuk menyembuhkannya adalah dengan terapi kognitif, terapi keluarga, terapi grup dan melalui terapi obat-obatan yang harus diawasi oleh dokter.
Salam Hangat Sahabat Kompasianers...
[-Rahmad Agus Koto-]
Referensi: Psychology Today, Mayoclinic, Wikipedia