Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Berpolitik dengan Akal Sehat

14 Maret 2019   20:44 Diperbarui: 14 Maret 2019   21:15 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berpolitik dengan Akal Sehat bukanlah budaya tipu daya dan muslihat, sekedar mengemas kata penuh retorika, sehingga yang mendengarpun terpedaya, karena setiap kata yang diucap dikemas dengan bernas, agar diyakini sebagai cara berpikirnya pemilik Akal sehat, dan orang yang mulia.

Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu berkata:

"Jangan sekali-kali kalian terkagum dengan seseorang yang baik dalam sambutannya (retorika), tetapi seseorang yang menunaikan amanah dan menahan diri dari pembicaraan kehormatan orang lain, dialah orang yang benar-benar mulia."

(As-Sunan al-Kubra, karya al-Baihaqy, jilid 6 hlm. 288)

Bukan saatnya lagi berpolitik menjual kelemahan lawan, saatnya berbuat dan melakukan hal positif untuk menarik simpati masyarakat, dan itu pun dilakukan bukan atas dasar tendensi Politik, semata karena rasa kemanusiaan dan keinginan melakukan sesuatu yang nyata.

Politik harus tetap dilakukan dengan cara yang sehat dan bermartabat, bukanlah dengan berbagai tipu daya dan Muslihat, masyarakat tetap akan melihat siapa yang paling banyak berbuat untuk kemaslahatan masyarakat. Hanya orang-orang yang tidak waras yang berpolitik mengabaikan etika dan kewarasan.

Berpolitik dengan akal sehat, tetaplah mengedepankan kewarasan, dan menganggap kemanusiaan itu lebih penting dari politik. Lebih dari itu, Akal sehat harus mampu mengendalikan syahwat politik, bukan Akal sehat yang dikendalikan oleh politik, yang akhirnya hanya bermuara pada kekuasaan.

Kalau cuma berorientasi pada kekuasaan, Raja hutan pun pola berpikirnya seperti itu, menguasai hutan dengan mengalahkan semua lawan, hanya demi berkuasa menjadi raja hutan. Lantas apa bedanya manusia dengan binatang, kalau hidup hanya dikendalikan nafsu tanpa berakal.

Berpolitik tidak bisa cuma mengatasnamakan Akal sehat, pada praktik politik, Akal sehat haruslah terjewantahkan. Akal sehat itu lebih kepada sikap dan tindakan, implementasi dari berbagai retorika yang sudah diucapkan. Akal sehat tidak selesai sebatas retorika untuk menyenangkan.

Retorika tanpa implementasi hanya akan menjadi muslihat dan tipu daya. Hal seperti itulah yang menyebabkan para politisi akalnya tidak sehat. Antara niat, ucapan dan tindakan tidak selaras, pada akhirnya semua cuma habis sebatas retorika tanpa ada tindakan.

Berpolitik dalam kekinian, Akal sehat menjadi barang dagangan. Akal sehat dijadikan pembanding untuk menjatuhkan lawan, dengan akal sehat pula sesuatu yang tidak agung menjadi diagungkan. Itulah tipu daya dari retorika, yang menghipnotis masyarkat tuna nalar dan logika menjadi terpesona.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun