Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Cara Jokowi Mendekap Yusril

1 Desember 2018   07:17 Diperbarui: 1 Desember 2018   08:06 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : TimesIndonesia.co.id


Dua pertemuan bisa terjadi karena adanya kebutuhan dan kesepakatan antara keduanya, tanpa adanya hal itu tidak akan ada pertemuan. Pertemuan Presiden Jokowi dan Ketua Umum Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra (YIM), di Istana Bogor Jum'at, 30/11/18, bukanlah pertemuan biasa, tapi adalah pertemuan dalam rangka kesepakatan Politik.

Langkah awal Jokowi-Ma'ruf, meminang YIM sebagai pengacaranya, adalah langkah yang tepat. Jokowi selalu punya cara menaklukkan penyerangnya, merangkul tidak harus memukul. Sebagai Capres di Pilpres 2019, Jokowi memang butuh penasehat hukum untuk menghadapi berbagai serangan lawan politik, meminang YIM sebagai Penasehat hukum, adalah salah satu Cara Jokowi mendekap YIM rapat-rapat.

Ditengah ketidakpastian YIM untuk berkoalisi dengan Koalisi Prabowo, Jokowi-Ma'ruf menangkap peluang tersebut dengan cara meminang YIM sebagai pengacara. Langkah berikutnya pun sudah terbaca, bahwa YIM dengan PBB-nya akan merapat pada koalisi Jokowi-Ma'ruf. YIM sudah tidak punya pilihan, menerima pinangan Jokowi-Ma'ruf, adalah pilihan terakhir.

Meskipun YIM berkilah dia bukan Cebong, tapi cepat atau lambat akan menjadi kecebong juga pada waktunya. Tidak salah, dan tidak juga hina jika disebut Cebong, tidak perlu juga YIM resah disebut Cebong, karena realitas Politik sudah menyeretnya untuk menjadi bagian dari Kecebong, nikmati saja semua proses berpolitik.

Kepiawaian Jokowi dalam mendekap penyerangnya bukanlah baru kali ini, beberapa orang yang sudah bergabung dengannya saat ini, adalah penyerangnya yang sangat frontal. Kita semua mungkin masih ingat kata-kata pedas yang pernah diucapkan YIM terhadap Jokowi, siapa yang bisa menyangka kalau pada akhirnya YIM masuk dalam dekapan Jokowi.

Tuhan memanglah berkuasa dalam membolak-balikkan hati manusia, sehingga tidak satu manusiapun yang bisa menolak Kehendak-Nya. Dalam Politik adalah hal yang biasa, hari ini menjadi lawan, besoknya menjadi kawan. Tidak ada kawan dan lawan yang abadi dalam Politik, yang abadi hanyalah kepentingan.

Jokowi butuh YIM, begitu juga sebaliknya, YIM butuh Jokowi. Sebagai seorang Ahli Tata Negara, indera penciuman YIM terhadap Peta politik tidak bisa diragukan. Bukan karena YIM kehilangan peluang untuk merapat ke Prabowo sehingga memilih merapat ke Jokowi, tapi naluri Politik YIM sebetulnya sejak lama ingin merapat ke Jokowi, hanya saja peluangnya belum memungkinkan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun