Ada perubahan yang menyolok antara Ulama kekinian dengan Ulama-ulama terdahulu, terutama dalam soal adab dalam berdakwah. Adab yang dianggap mencerminkan Akhlak, kurang diperhatikan dalam berdakwah. Padahal Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam diutus Allah subhannahu wata'ala, untuk memperbaiki Akhlak manusia.
Artinya, seorang Ulama atau pendakwah, seharusnya lebih mengedepankan adab dan Prilakunya dalam berdakwah, harus bisa memberikan tauladan Akhlak Rasulullah Shalallahu'alaihi wasallam dalam berdakwah. Pada kenyataannya, banyak Ulama kekinian yang mengabaikan hal itu.
Ulama terdahulu sangat memperhatikan adab dalam belajar. Sampai-sampai mereka lebih mementingkan adab terlebih dahulu sebelum belajar ilmu.
Imam Malik rahimahullah berkata, "Pelajarilah adab sebelum mempelajari ilmu."
Abdullah bin Mubarak juga berkata, "Dahulu kami belajar adab 30 tahun, sedangkan kami mempelajari ilmu selama 20 tahun."
Ilmu akan sulit sampai ketika obyek dakwah jika penyampainya tidak memiliki adab yang baik, itu salah satu alasan mengapa pembelajar diminta untuk menyelesaikan petualangannya dalam hal adab sebelum mengkaji ilmu.
Sehingga memprihatinkan kalau dewasa ini ada "pendakwah" tetapi menggunakan lisan yang buruk dalam ceramahnya. Menggunakan kata-kata yang keji. Menyelipkan hoaks dan fitnah. Lebih tepat disebut "pendakwa". Namun anehnya, masih banyak penggemarnya. (Dikutip dari status Facebook Muhammad Jawi)
Mereka, korban dari fatamorgana politik. Yang benar dikira salah, yang salah dikira benar. Banyak kita saksikan di media sosial dewasa ini, pendakwah dengan atribut keagamaan tidak mampu menjaga lisannya. Sehingga Lisannya penuh dengan ucapan yang kurang pantas dalam berdakwah, namun dianggap hal yang biasa, yang anehnya lagi, yang mendengar pun dengan tepuk sorak dan gembira menerimanya.
Karena apa,? Karena yang dicaci maki adalah orang yang mereka benci, padahal mereka sendiri belum tahu kebenaran yang sesungguhnya. Hanya karena yang menyampaikan seorang Ustadz/Ulama, maka dengan serta merta mereka percaya.
Alangkah bahayanya jika seorang pendakwah menyisipkan fitnah didalam dakwahnya, sementara para umat yang mendengar percaya begitu saja, tanpa ada usaha untuk tabayyun, padahal tabayyun itu sangat dianjurkan agama, apalagi bagi seorang Ulama, agar tidak ikut menyebarkan fitnah.