Mohon tunggu...
Ajinatha
Ajinatha Mohon Tunggu... Freelancer - Professional

Nothing

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berpolitik dengan Kebencian?

3 April 2018   05:54 Diperbarui: 3 April 2018   06:04 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejatinya Musuh terberat yang harus Kita kalahkan adalah diri Kita sendiri, mengalahkan orang lain sangatlah mudah, karena orang lain itu Musuh yang nyata, sementara diri sendiri adalah musuh yang tidak nyata, karena dia berada didalam diri Kita sendiri, itulah Hawa nafsu.

Seorang Politisi yang tidak mampu mengendalikan Hawa nafsu, maka dia Akan mudah dikendalikan lawan, kecenderungan politisi yang dikendalikan Hawa nafsu, dia tidak pandai mengendalikan ucapannya, dia lebih menuruti Hawa nafsu dari pada mengendalikannya, Cara berpolitik Dengan mengandalkan kebencian lahir dari para politisi yang dikendalikan Hawa nafsunya.

Berpolitik dengan kebencian bukanlah Cara berpolitik seorang negarawan, hanya pecundang yang cenderung mengumbar kebencian untuk menyerang lawannya, politisi yang seperti ini biasanya kehilangan rasionalitasnya, dan tidak memiliki spiritual didalam dirinya, sehingga mengumbar kebencian adalah cerminan dari akhlaknya.

Dengan Akhlak yang berkadar rendah Juga tingkat spiritual yang rendah, maka segala bentuk Sumpah serapah mudah keluar dari mulutnya, apa yang diucapkan bukan lagi sebagai buah pikirannya, melainkan buah kebencian yang lama terpendam, Dan dimuntahkan tanpa pernah berpikir apa yang diucapkan adalah cerminan akhlak Dan kepribadiannya, orang-orang seperti ini adalah typikal orang yang frustasi.

Berpolitik dengan kebencian sudah menjadi trend berpolitik dimasa kini, berpolitik sudah tidak memikirkan Norma dan etika, yang terpenting mengumbar nafsu Dan syahwat.

Politik untuk kepentingan sesaat, bagaimana mengubur nama baik lawan agar mudah dikalahkan. Jadi tidak salah kalau dikatakan, Generasi Soekarno Hatta jauh lebih baik dibandingkan Generasi sekarang ini.

Karena era Soekarno Hatta, sikap intlektual seorang politisi sangatlah mumpuni, antara tingkat pendidikan dan intlektualnya setara, dijaman sekarang pendidikan seseorang bukanlah cerminan dari intlektualnya, padahal intlektual seseorang sangat berpengaruh pada sikap, prilaku Dan akhlaknya, kalau kadar akhlaknya rendah meskipun pendidikannya tinggi, maka Akan sangat mudah dikendalikan Hawa nafsunya, itulah makanya lahir elit yang Goblok dan Maling seperti yang dikatakan Prabowo, yang begini ini banyak di Partai Politik.

Sumber illustrasi : Republika.co.id

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun