Mohon tunggu...
Aji Cahyono
Aji Cahyono Mohon Tunggu... Jurnalis - Islamic Education, Politic International Relationship, Middle East Region, Philosopher

Saya di lahirkan dari cinta, oleh cinta, dan untuk cinta

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Manifestasi Kehidupan 4 Pilar MPR - RI dalam Organisasi di Indonesia.

14 Mei 2020   00:56 Diperbarui: 14 Mei 2020   03:12 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah Catatan Kritis, Analitis, dan Edukatif berupa Opini Karya Aji Cahyono (Masyarakat Arus Bawah )

Kamis, 14 Mei 2020.

Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku, ras, agama, dan alam - nya. Dalam konteks ini mengulas mengenai arus pemikiran masyarakat Indonesia yang sarat akan beragam dan pemikiran yang beragam. Manakala yang terjadi di dunia ini mempunyai riwayat (historis) yang panjang. sehingga apa yang menjadi catatan dalam historis tersebut menghasilkan suatu ide maupun gagasan yang di kemas dalam suatu ideologi. Ideologi tersebut yang menjadi rujukan utama untuk merumuskan berbagai kebijakan dalam aspek politik, hukum, sosial, bahkan pendidikan yang menjadi catatan penting dalam merumuskan bangsa yang menjadi roh dari bangsa tersebut. Sehingga ideologi tersebut menjadi suatu pergerakan azaz perjuangan maupun manifesto dalam suatu tatanan wadah yang berupa organisasi. baik organisasi non - formal (LSM, Ormas, dll) maupun yang formal yaitu Organisasi yang bersifat Kenegaraan dan ada pajak yang di atur secara legitimasi dan di akui secara publik dalam negara tersebut secara konstitusi, dan mempunyai anggaran untuk kepentingan rakyat pada esensinya melalui pemungutan pajak.

Melainkan yang terjadi dalam fenomena bangsa Indonesia saat ini adalah kecenderungan jikalau perbedaan suatu organisasi, komunitas, bahkan perbedaan suatu pemikiran menjadi persoalan penting dalam negeri yang berlandaskan pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. dan rujukan yang sangat mendasar dari 4 pilar dasar falsafah ini menjadi kelalaian dalam pelaksanaannya. Sehingga lupa roh dari dasar falsafah tersebut dan menimbulkan efek ketimpangan sosial. Salah satunya menimbulkan dampak konflik kepentingan yang mengedepankan egoisme diri yang konservatif, opportunisme, apatisme, konsumerisme individu, bahkan mengedepankan paradigma fasisme dalam suatu kelompok yang menjadi laju menghambatnya suatu perkembangan suatu negara yang sejahtera jikalau dari organisasi tersebut minim akan paradigma pluralisme non konflik. Oleh karena itu langkah - langkah laju perkembangan dari suatu berkembangnya suatu organisasi, komunitas, maupun pemikiran yang beragam masih berlandaskan pada 4 pilar.

Manusia merupakan manifestasi dari ciptaan Tuhan yang hampir mendekati kata "sempurna". manusia yang di berikan kewenangan dalam berfikir dan bergerak. manusia mempuyai akal, jiwa dan raga. menurut M. Naquib Al - Attas, bahwa akal merupakan suatu substansi rohaniah yang melekat pada organ rohaniah [1]  menurut Rene Descrate atau yang di kenal dengan "Cogito Ergo Sum" yang mempunyai arti "Aku berfikir, maka aku Ada", akal merupakan hal yang tak nampak secara inderawi, namun bisa di rangsang oleh inderawi yaitu pancaindera, sehingga proses apa yang di tangkap oleh indera dapat di rangsang melalui akal yaitu mengenal simbol - simbol kebendaan yang di rangkai dalam suatu huruf, kata, dan kalimah. penangkapan indera tersebut menurut persepsi manusia "Masuk Akal". Definisi dari Jiwa, secara leksikografis bahwa jiwa merupakan kata benda yang berarti roh manusia, nyawa, seluruh kehidupan batin, sesuatu yang utama dan menjadi semangat, maksud dari sebenarnya, isi sebenarnya, arti yang tersirat, buah hati, kekasih. [2] 

Persoalan ideologi merupakan persoalan yang sangat penting baik dalam organisasi, kelompok, pemikiran, bahkan dari tatanan pemikiran juga menjadi hal yang sangat urgent dari suatu pergerakan dari organisasi tersebut. Ideologi merupakan proses reflektif pedoman dari suatu kelompok yang di jadikan sebagai landasan. Hadirnya manusia dalam merumuskan atau bahkan menentukan organisasi yang mempunyai landasan ideologi menjadi pedoman yang dasar dalam melajukan organisasi baik yang formal maupun non - formal. Dalam konteks mengapa Bung Karno merumuskan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, bahkan 5 butir dasar negara untuk menyatukan berbagai macam persoalan yang beragam, dan pancasila menjadi bukti nyata yang seharusnya di implementasikan dalam sendi kehidupan yang mempunyai aura atau energi positif, jikalau aura atau energi yang negatif yang menimbulkan konflik berkepanjangan. maka manusia maupun organisasi bisa di katakan jauh dari kata "Pancasilais" yang tidak memberikan kedamaian dalam suatu peradaban. Manakalah manusia di anjurkan untuk ber - ijtihad dan merumuskan legitimasi maupun ideologi yang tidak menghilangkan esensi darin pancasila sebagai manifesto kehidupan atau azaz perjuangan taktik. Bung Karno mengatakan bahwa sebenarnya "Bukan Perang Ideologi".

Bukan Perang Ideologi yang di maksud oleh Bung Karno. Memang bahwa pada hakikatnya yang pertama tidak ada peperangan buat fikiran, tidak ada peperangan buat ideologi. Semua peperangan yang besar - besaran didalam sejarah dunia yang akhir - akhir ini, baik peperangan tiga puluh tahun maupun peperangan delapan puluh tahun. Baik peperangan kolonial, maupun peperangan 1914 - 1918. [3] semua peperangan itu didasarkan pada peperangan antara kebutuhan mentah dengan kebutuhan mentah. Kebutuhan yang di maksud adalah kebutuhan Sumber Daya Alam (SDA). Jikalau dalam konteks abad ke - 20 adalah peperangan antara kebutuhan rezeki dengan kebutuhan rezeki.

Oleh karena itu pentingnya merawat kembali merajut "kemanusiaan" yang adil dan beradab, bukan mengedepankan "miiterisme" atau "adu pukul" karena faktor kepentingan "pragmatisme" peperangan yang berdampak pada ketidak harmonisan dalam suatu negara maupun masyarakat. baik dan majunya suatu negara adalah baik dan majunya suatu organisasi tersebut. Baik dan majunya suatu organisasi adalah baiknya dari unsur - unsur dari manusia itu. sehingga apa yang di caanangkan oleh Presiden Indonesia "Presiden Joko Widodo" menyiapkan strategi menuju generasi emas di taun 2045 yaitu kita sebagai pemuda. Penting "Revolusi Intelektual dan Revolusi Mental". Semoga menjadi rujukan bersama dalam membangun tantangan yang adaptif dan humanis.

[1] Dedi Supriyadi, Filsafat Islam

[2] Ibid

[3] Ir Sukarno, Di Bawah Bendera Revolusi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun