Mohon tunggu...
Aji Cahyono
Aji Cahyono Mohon Tunggu... Jurnalis - Islamic Education, Politic International Relationship, Middle East Region, Philosopher

Saya di lahirkan dari cinta, oleh cinta, dan untuk cinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

GmnI Terhambat di Lingkungan Kampus Islami

29 Oktober 2017   19:13 Diperbarui: 29 Oktober 2017   19:52 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

GmnI adalah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia yang di bentuk oleh Rakyat yang berkedudukan sebagai Mahasiswa yang membawa ideologi marhaenisme untuk Rakyat Indonesia. Siap membawa perubahan bangsa, siap merevolusi sistem pemerintahan yang di nilai menjiwai sifat-sifat kapitalisme yang telah melebar di seluruh Rakyat Indonesia dan siap membawa progresivitas bangsa. 

Namun telah banyak asumsi-asumsi yang mana apabila berideologi kirinya pemerintah justru di nilai negatif oleh Mahasiswa yang mana tidak berproses di GmnI. Ada yang berasumsi bahwa GmnI adalah Pendukung PKI, GmnI adalah PDI. GmnI adalah organisasi mahasiswa yang independent dan tidak ada keterikatan apapun dengan Kelompok itu. 

Itulah yang jadi asumsi-asumsi pernyataan di atas itulah sangat berpengaruh sekali dalam terhambatnya sosialisasi GmnI di lingkungan mahasiswa. Terutama kita singgung kampus yang berbasis Islam. Padahal GmnI pun juga di bentuk dari beragam agama, ras, suku, dan budaya. Mahasiswa Muslim (Pengikut sunnah-sunnah nabi/aswaja) pun juga ikut andil atau berkontribusi dalam pembentukan GmnI. GmnI di bentuk agar terciptanya wadah-wadah mahasiswa yang berideologi nasionalisme marhaenisme guna untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari serangan penguasa dan menghadang dari sistem kediktatoran. 

Perlu di ketahui bahwa GmnI sendiri bertujuan untuk memberikan solusi kerakyatan kepada rakyat atau mahasiswa terutama mahasiswa Islam demi terciptanya pola yang berfaedah dan bermartabat. Serta menjunjung tinggi pelaki nasionalis yang condongnya mengajak para rakyat atau mahasiswa untuk cinta tanah air, menjadi sosok marhaenis yang berupaya mengangkat rakyat atau masyarakat menjadi sejahtera dalam hidup sesuai dengan amanat pancasila. Kader GmnI muslim yang berafiliasi Keaswaja-an pun juga memgupayakan atau mengambil sikap yang di lakukan oleh sunnah-sunnah nabi seperti nabi Muhammad pada saat itu membentuk negara madinah agar terciptanya kedamaian, negara yang beragam namun tetap menjaga persatuan yang baik, bukan menyalahkan atau menyingkirkan kelompok lain. 

Penulis sedikit memberikan solusi kepada mahasiswa terutama mahasiswa Islam yang sejati. Mahasiswa yang notabenya Islam. Janganlah mempunyai pola pikir otoritas seperti sistem kerajaan yang mana hanya menguntungkan satu golongan atau satu kelompok saja yang bersifat nepotisme. Tetapi mengajak kelompok yang berbeda dengan misi yang sama yaitu menjaga keutuhan negeri. Janganlah menghambat golongan lain yang notabenya nasionalis dan janganlah mengejek kelompok yang lain yang mengacu sumber hukum otoritas Islam yaitu Q.S. Al-Hujurat:11

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun