Mohon tunggu...
Aji NajiullahThaib
Aji NajiullahThaib Mohon Tunggu... Freelancer - Pekerja Seni

Hanya seorang kakek yang hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menakar Adab Moeldoko dalam Berpolitik

29 Maret 2021   06:15 Diperbarui: 29 Maret 2021   13:47 810
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Ngopibareng.id

Politik memanglah Seni Kemungkinan, yang tidak mungkin bisa saja menjadi mungkin. Namun tidak berarti dalam berpolitik tidak memerlukan Adab dan Etika, karena seorang politisi bisa menjadi mulia juga karena memiliki adab, etika, dan akhlak yang baik.

Cara untuk mendapatkan sebuah kedudukan dan kekuasaan juga harus dengan adab yang baik, bukanlah dengan cara-cara yang tidak beretika, meskipun politik itu sendiri sangat identik dengan menghalalkan segala cara.

Cara-cara Moeldoko and the gang, dalam mengkudeta tampuk kekuasaan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), adalah cara yang tidak beradab. Memanfaatkan 'pembusukan' di internal Demokrat secara terstruktur dan masif, dan mengabaikan sikap hormat terhadap SBY yang pernah merekrutnya sebagai Panglima TNI.

Adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas aturan/etika agama, pada semua agama. Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan antarmanusia, antartetangga, dan antarkaum.

Seperti yang saya kutip dari Muslim.or.id,

"Dengan mempelajari adab, maka engkau jadi mudah memahami ilmu."

Guru penulis, Syaikh Sholeh Al 'Ushoimi berkata, "Dengan memperhatikan adab maka akan mudah meraih ilmu. Sedikit perhatian pada adab, maka ilmu akan disia-siakan.

Jadi, sebutan orang beradab sesungguhnya berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan dalam agama. Namun, dalam perkembangannya, kata beradab dan tidak beradab dikaitkan dari segi kesopanan secara umum dan tidak khusus hanya dalam agama Islam.

Ir.Soekarno sebagai penggagas Pancasila sangat meninggikan Adab, sehingga dalam Sila kedua Pancasila beliau memosisikan Adab, bersamaan dengan Kemanusiaan dan Keadilan, dibawah Ketuhanan Yang Maha Esa. Sementara agama pun meninggikan Adab diatas Ilmu.

Dari penjelasan diatas tentang adab, rasanya saya tidak perlu menjelaskan dimana letak tidak beradabnya Moeldoko untuk menjadi Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB Deli Serdang. Moeldoko perlu belajar dengan Fahri Hamzah dan Anis Matta cara berpolitik yang lebih bermartabat.

Bagaimana Fahri dan Anis memosisikan dirinya sebagai politisi yang sangat beradab, dengan tidak melakukan kudeta terhadap Presiden PKS, dan mendirikan Partai baru untuk memenuhi hasrat politiknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun