Bagaimana ya jadi suami yang bener, kok kayak hidup jadi suami di tahun 2025 jadi serba salah semua.Â
Hai hallo sobat kompas, aku Ainur sebagai penulis yang cukup amatir, sebenarnya juga sudah cukup lama bikin akun kompasiana, namun memang tidak terurus. Aku hari ini hanya ingin curhat saja, sebenarnya apa sih yang dicari dalam hidup ini? saat ini aku udah menikah, udah punya anak satu, namun aku melihat istri dan anakku tidak bahagia saat bersamaku.Â
Kondisi saat ini pun sebenarnya berkecukupan, tapi memang hanya "cukup" tidak kurang dan tidak lebih. Hal ini memang kami dalam kondisi merantau, hanya saya sendiri yang bekerja secara formal, istri sendiri dalam dua bulanan ini sedang fokus untuk menjadi afilliator, tapi memang blom bisa digunakan untuk memenuhi keinginannya. Aku sendiri memiliki take home pay sekitar 8 jt an, tinggal di kota X yang UMR nya 3,5 jt an, anakku sendiri belum bersekolah dan memang masih usia balita awal.Â
Lalu dimana letak tidak bahagia nya? atau letak tidak cukup nya?
Aku merasa, hal ini dimulai sekitar awal tahun ini 2025, dimana kami memulai hidup yang baru dengan menempati rumah yang kita beli dengan sistem KPR. Rumah ini kami cicil selama 13 tahun kedepan dengan cicilan 1,340 rb setiap bulannya, dengan potongan sebesar tersebut cukup menguras anggaran bulanan kami tentunya. Lalu 3 jt sisanya dikelola istri untuk keperluan rumah tangga tanpa biaya IPL (Air, Listrik, Iuran RW, dana darurat, sandang, makan weekend) hal ini pure untuk makan dan jajan nya dia.Â
Selanjutnya, 10 % berarti 800 rb an, akan aku saving dan kutabung atau kubelikan emas, uang untuk modal kerjaku sendiri seperti bensin dan makan siang kujatah 500 rb an sebulan. Hasil sisanya yang benar-benar tidak teralokasikan mungkin sekitar 1,2 jt an setiap bulannya. Namun memang tidak dipungkiri memang ada saja pengeluaran setiap bulannya, hingga anggaran rumah tangga yang benar-benar mungkin tersisa dan tidak teralokasikan mungkin sekitar 700 rb an.
Masalah utamanya adalah dengan uang 3 juta yang telah saya alokasikan untuk istri di kota yang UMR 3,5 juta apakah memang benar-benar tidak cukup? Sehingga mengakibatkan istri saya tidak dapat berjalan-jalan ria dengan bebas? Aku sendiri sebagai suami juga memberikan ruang agar dia "menjadi diri sendiri"Â bisa mengekspresikan diri, Aku juga tidak menuntut makan yang harus enak atau menu hewani setiap harinya, yang penting bisa makan saja untuk sarapan dan makan malam.
Aku sedih melihat dia seperti terkurung dalam sangkar, padahal aku sebagai suami ingin melihatnya terbang bebas
Dia memang benar-benar baru di tanah perantauan ini, kami pun tidak memiliki siapa-siapa untuk dirujuk diperantauan ini, hanya rumah KPR ini yang kami punya. Kami pun sangat jarang untuk pulang kampung, mungkin paling cepat adalah tiga bulan sekali, padahal jarak perantauan kami hanya tiga jam perjalanan darat. Di perumahan KPR yang kami tinggal ini juga terasa sepi bagi kami. Jadi setiap hari memang hanya kami bertiga, jika Aku kerja maka mereka hanya berdua saja setiap harinya.Â
Lalu apa yang harus saya lakukan jika memang tidak bahagia dalam rumah ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI