Mohon tunggu...
Muhammad Ainurrohman
Muhammad Ainurrohman Mohon Tunggu... Lainnya - Ahli Pratama PKIP

Kepalangmerahan | Kesehatan | Habbit | Kebencanaan | Islamic Habbit

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, Kunci Murahnya Kesehatan di Indonesia

16 Maret 2018   11:05 Diperbarui: 16 Maret 2018   11:17 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: manfaat.co.id)

Kesehatan mahal harganya. Sebagai calon insan kesehatan saya mengakui bahwa kesehatan memang mahal harganya karena kesehatan sendiri tidak dapat dibeli dengan uang seberapun harganya. Hal ini yang kurang banyak dipahami masayarakat kita saat ini, skema pragmatis yang masih melekat yaitu konsep paradigma sakit. Masih terlintas dibenak kita "Orang miskin dilarang sakit", betapa banyak orang tersinggung atas ungkapan setahun yang lalu dikeluarkan ketika seret-nyapencairan dana kesehatan dari BPJS Kesehatan.

Ketersinggungan ini seharusnya kita manfaatkan untuk mawas diri, "orang miskin dilarang sakit" bukan sekedar opini publik untuk menyindir salah satu institusi independen pemerintah tersebut. Tanpa menafikkan segala aspek manusiawi bidang kesehatan tentunya memerlukan dana yang cukup besar.

Bayangkan saja BPJS dikonsepkan menanggung seluruh pembiayaan kesehatan diseluruh Indonensia dengan skema Universal Health Coverage (UHC), pernahkah kita terlintas bagaimana beli alat kesehatannya? Bagaimana obatnya? Bagaimana distribusinya? Pernah saya mendengar suatu perkataan dari dr. Gamal Albinsaid "Kesehatan adalah suatu bidang dimana kita meletakkan bidang ekonomi (budgedting) dengan aspek-aspek sosial (kemanusiaan)" ketika berdiskusi dengan presiden Russia Valdmir Putin.

Manusia Indonesia tersinggung? Mereka benar- benar tersinggung, dalam observasi lapangan dan juga berita yang disiarkan di TV nasional yang saya lakukan, pernyataan  tersebut sangat memicu polemik hingga beberapa bulan. Tapi bukan itu yang ingin saya bahas, masalahnya adalah "jika kita benar-benar tersinggung" mengapa kebiasaan yang dapat memicu turunnya kesehatan masih tidak bisa kita kurangi dan masih kita lakukan setiap hari.

Contohnya saja merokok, siapa yang merokok? Kebanyakaan mereka kaum yang berada dibawah garis kemiskinan, padahal kita tahu bahwa rokok dapat memicu banyak gejala kesehatan. Menurut data statistik saja mereka yang merokok adalah 66.7% dari 73% keluarga di Indonesia yang masuk kategori pra-sejahtera (miskin). Data diatas juga sangat relevan data kesehatan dimana penyakit ISPA dan Pneumonia merupakan penyakit tertinggi di Indonesia hingga mencapai prevalensi 25%, angka ini menjadikan ISPA sebagai penyakit menular tertinggi dialami oleh masyarakat Indonesia.

Jika memang "orang miskin dilarang sakit" kenapa kita mayoritas orang miskin di Indonesia tidak memilih untuk sehat? Ini adalah opini terberat yang pernah saya keluarkan. Memang kesehatan mahal harganya, tapi tidak untuk berperilaku hidup bersih dan sehat dalam artian menjaga kesehatan.

Bukankah kesehatan ini juga anugerah dari Tuhan YME, sebagai Manusia Indonesia yang religius tentunya kita juga harus bertanggung jawab untuk memelihara kesehatan ini karena "kebersihan sebagian dari Iman" hal ini juga berhubungan dengan ritual-ritual keagamaan, lantas bagaimana kita menjalankan ritual dengan baik jika kita sendiri tidak dalam kondisi yang sehat dan berpenyakitan. Jangan asal tersinggung, itulah kuncinya.

Sebenarnya pemerintah sudah menyetandarkan segala aspek agar manusia inonesia menjadi Insan yang unggul, untuk itu kesehatan adalah pondasi utama seseorang agar dapat beraktifitas seperti belajar, bekerja, serta berkarya. Perilaku hidup bersih dan sehat atau sering kita mendengar sebagai PHBS di masyarakat sebenarnya sudah terlalu sering dilaksanakan sosialisasinya baik oleh institusi kesehatan sendiri ataupun badan lain yang bergerak dalam bidan kesehatan dan kemanusiaan.

PHBS sendiri merupakan langkah-langkah untuk menjaga dan menjamin kebersihan dan kesehatan dengan memutus rantai vector penyakit dan juga mengurangi faktor resiko.

Kegiatan sederhana dalam PHBS ini sebenernya mudah sekali untuk dilakukan tapi memang diperlukan kebiasaan atau konsistensi untuk menjaganya seperti mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, tidak merokok, memakai jamban ketika BAB, makan sesuai porsi dan menganut prinsip gizi seimbang, pemberian asi eksklusif selama enam bulan, dan berolaharaga teratur. Untuk itu budaya dalam menggalakkan PHBS harus dilakukan.

Ini yang manjadi tantangan generasi muda khususnya mahasiswa kesehatan bagaimana untuk menerapkan ini semua? Saya rasa kuncinya adalah Inspiring Peopledengan membuat sebuah desa percontohan. Sebut saja Kampung PHBS, selama ini belum ada yang membuat model kampung seperti ini. Kampung PHBS adalah sebuah model kampong dimana masyarakatnya sangat mendukung dalam menerapkan program-program PHBS, sehingga kampong seperti ini dapat menginisiasi kampung-kampung lain untuk melakukan program yang sama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun