Mohon tunggu...
Ainun Jariyah
Ainun Jariyah Mohon Tunggu... Guru - Berkarya terus. Terus berkarya

Jadilah manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Bukan Angka yang Menentukan Kecerdasan

9 Mei 2021   21:39 Diperbarui: 9 Mei 2021   21:41 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Nak ... ? Nilai ujian Matematika mu berapa hasilnya ? terus mana rapot kamu, peringkat ke berapa ?

hah ? nilai matematikan cuman segini, terus ini peringkat slalu disini gak pernah naik-naik rangkingnya. lihat tuh teman kamu yang rumahnya sebelah rumah kita, slalu jadi bintang kelas setiap kenaikan kelas. 

Stop ! Ayah Bunda. Membandingkan anak dengan orang lain. Atau membandingkan anak satu dengan yang lain. 

dengan kalimat seperti diatas itu bukan malah mendukung prestasi anak, tapi bisa jadi malah tanpa sadar membuat anak makin tidak percaya diri, bisa patah semangat, atau pesimis. Sudah menjadi tradisi jika kenaikan kelas adanya pembagian rapot, lalu tak sedikit orang tua yang melihat kecerdasan anak dari sebuah angka. Ada juga nih yang melihat atau mengukur kecerdasan tergantung dari IQ nya jika hasil tes IQ menyatakan rendah maka orang sudah berasumsi si anak ini bodoh. Dan jika nilai hasil IQ nya diatas rata-rata maka dikatakan jenius atau cerdas. 

Setiap anak memiliki bakat dan minat sendiri. dan rata-rata manusia itu fokus atau ahli pada beberapa bidang, dan lain lagi jika dibandingkan dengan orang lain lagi maka akan berbeda. Maksudnya misal ada ahli badminton, dia telah menjuari dimana-mana namun disaat diminta mengerjakan soal fisika dan matematika dia tidak pandai. Nah disitu bisa diambil kesimpulan bahwa john ini ahli di bidang olahraga yakni badminton tapi tidak ahli di akademik. dari sini bisa dinilai bahwa tidak semua bidang bisa kita lakukan semua. Apalagi manusia kodrat nya hidup  bersosial pasti membutuhkan orang lain. Maka dari itu jangan pernah memaksa anak untuk melakukan bidang apa yang tidak dia sukai. Ada nih orang tua yang pingin anaknya jadi dokter yang hebat di kemudian hari, akhirnya anak nya di daftarkan ke sekolah yang sudah menjurus ke kedokteran. Padahal anak tersebut sangat kesulitan menghafal, menghitung. Dia lebih mahir dan dapat menghasilkan karya di bidang seni. Alhasil anak tersebut banyak ter tinggal dan stres untuk mengikuti pelajaran bahkan ujian kedokteran. Maka dari itu ayah bunda wajib tau nih anaknya minat dan bakatnya dibidanga apa ? lalu setelah itu proses pengembangan bakat dan minat anak dengan di sesuaikan dengan apa yang diinginkan. 

Pada hasil IQ (Intelligence Quotient) sebenarnya hanya berfungsi memudahkan orangtua atau dirinya untuk mengetahui sebenarnya pasion diri ada di bidang apa. karena ada yang pandai berdagang, berjualan ini itu. Namun saat diminta untuk menjadi guru atau hanya sekedar mengajar dia gugup dan kesulitan. Padahal sama saja setiap hari juga bertemu dengan orang asing. kalau dilihat kasap mata tidak ada bedanya. Namun sudah beda jalur ya beda penerapannya. Dan juga hasil IQ itu juga tidak menjanjikan bahwa di sangat cerdas atau bodoh. Ada sebuah kisah nyata seorang anak dia divonis mengalami lumpuh otak, Namun keajaiban mukjizat dari Allah. Anak itu malah bisa menghafal Al-qur'an 30 Juz. Jadi intinya Intelgensi seseorang bukan karena memiliki angka berapa. 

Nah dari tadi sudah membahas apa itu Intelgensi namun sebelumnya kita lebih membahsa tentang pengertiannya menurut para ahli :

1. Intelgensi sebagai kemampuan menyesuaikan diri 

pengertian ini dikutip dari tiga ahli yakni : Tyler,1956 lalu Wechsler 1958, dan Soreson 1977

ketiga ahli tersebut menekankan kemampuan untuk memahami dan bertindak dengan tepat pada situasi yang dihadapi, dengan dimikian intelgensi ini lebih terkait dengan kemampuan untuk menyesuaikan diri pada situasi yang dihadapi.

2. Intelgensi sebagai kemampuan untuk belajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun