Mohon tunggu...
Ainun Suciati
Ainun Suciati Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menonton dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah pada Sub Materi Pengungkit

8 Desember 2022   00:22 Diperbarui: 8 Desember 2022   03:18 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat ini dunia tengah dihadapkan pada sebuah era yang dikenal dengan era Revolusi Industri 4.0. Pada era revolusi industri 4.0, penguasaan sains sangat diperlukan.  Untuk menyikapi hal tersebut, maka diperlukan suatu kompetensi belajar yang harus dimiliki siswa untuk mendukung penguasaan sains. Salah satu kompetensi yang dimaksud adalah kompetensi berfikir kritis.

Namun kondisi yang diharapkan tersebut tidak sesuai dengan kondisi yang saya temukan di lapangan. Berdasarkan hasil studi empat tahunan pada Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) menunjukkan bahwa siswa-siswa Indonesia secara konsisten terpuruk diperingkat bawah. Hal yang sama ditunjukkan dengan laporan rapor pendidikan pada indikator nalar kritis dengan rata-rata capaian siswa SMPN 3 Jampangkulon yang masih memperoleh nilai di bawah rata-rata nasional (data terlampir). 

Hasil ini diperkuat melalui wawancara rekan sejawat yang menyatakan bahwa keterampilan berfikir kritis siswa yang masih rendah ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pembelajaran yang dirancang belum memfasilitasi kemampuan berfikir kritis, guru kurang memberikan pembelajaran berbasis masalah dan kurang melatih siswa layaknya ilmuan yang memiliki tingkat keingintahuan yang sangat tinggi, sehingga ketika siswa dihadapkan dengan soal berbasis masalah siswa akan kaget karena di dalam pembelajaran mereka belum dibiasakan dalam menyelesaikan suatu masalah. 

Selain itu sumber lain mengatakan bahwa LKPD dan evaluasi yang dibuat belum mengakomodasi keterampilan berfikir kritis. (data terlampir). Padahal dalam kasus ini guru memegang peranan dan tanggung jawab yang sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, menyenangkand, an memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan oleh zamannya salah satunya adalah keterampilan berfikir kritis.

Berdasarkan berbagai permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka diperlukan perlu adanya inovasi berupa model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berfikir kritis peserta didik khususnya pada mata pelajaran IPA.

Rencana aksi ini penting untuk dibagikan karena karena dapat memotivasi saya membuat pembelajaran yang inovatif, berbagi pengalaman mengatasi pemasalahan siswa dalam meningkatkan kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran, dan diharapkan hasil praktik baik ini dapat memfasilitasi siswa untuk menguasai keterampilan berfikir kritis yang dibutuhkan di era sekarang.

Adapun beberapa hal yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan berdasarkan hasil eksplorasi permasalahan diantaranya; (1) Kemampuan berfikir kritis peserta didik masih rendah khususnya pada pelajaran IPA; (2) Lingkungan belajar yang tidak mendukung (laboratorium tidak layak pakai, sehingga memaksa kami untuk belajar IPA di perpustakaan); (3) Model pembelajaran yang digunakan saya masih belum memfasilitasi peserta didik dalam mengembangkan keterampilan berfikir kritisnya. Dalam menghadapi tantangan ini melibatkan beberapa segmen seperti guru, kepala sekolah, peserta didik, dan rekan sejawat. 

Dalam menghadapi tantangan tersebut diperlukan langkah-langkah seperti: (1) Mengkaji literatur tentang bagaimana cara untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa, (2) Melakukan wawancara kepada guru IPA, teman sejawat, kepala sekolah, pakar, dan peserta didik; (3) Mengimplementasikan hasil solusi yang di peroleh. 

Dengan membuat persiapan pembelajaran yang matang seperti membuat RPP, bahan ajar, media pembelajaran instrumen penilaian serta rencana evaluasi; (4) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat; (5) Menganalisis hasil belajar yang telah dicapai; (6) Mengevaluasi proses pembelajaran. Evaluasi proses pembelajaran melibatkan beberapa pihak diantaranya peserta didik untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran menggunakan model PBL yang mengakomodasi keterampilan berfikir kritis. Selain peserta didik diperlukan juga observer untuk mengetahui keterlaksanaan penerapan model yang diterapkan selama pembelajaran.

Selain itu strategi yang dilakukan dalam aksi ini adalah dengan menerapkan model yang digunakan adalah PBL pada materi pesawat sederhana sub materi pengungkit. LKPD yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah LKPD yang melatihkan keterampilan berfikir kritis peserta didik dalam menganalisis masalah, melakukan eksperimen untuk mencari alternatif solusi, hingga menemukan argumen yang logis terkait pemilihan solusi. Media yang digunakan adalah set percobaan bidang miring. 

Penilaian yang dilakukan adalah evaluasi yang mengakomodasi keterampilan berfikir kritis melalui aplikasi google form. Aspek psikomotor (unjuk kerja) dilihat dari kemampuan peserta didik dalam merumuskan masalah, kelancaran memecahkan masalah, kualitas pemecahan masalah, dan pemilihan argumen yang logis. Penilaian aspek afektif dilihat dari proses diskusi dan proses pembelajran yang berlangsung seperti rasa ingin tahu dan tanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun