Mohon tunggu...
Nur Aini
Nur Aini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ

Pendidikan Sosiologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Diri Pemuda: Self Healing Pasca-Putus Cinta

20 Oktober 2021   20:22 Diperbarui: 20 Oktober 2021   20:52 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh : Nur Aini, Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ

Hampir semua anak muda pasti pernah merasakan jatuh cinta. Jatuh cinta merupakan salah satu problema sendiri bagi para anak muda, jatuh cinta merupakan hal yang menguras waktu, pikiran, dan tentunya hati. Pada kenyataannya jika berbicara mengenai jatuh cinta, tentunya tidak hanya membahas hal yang membuat bahagia. 

Berani jatuh cinta berarti harus siap juga untuk putus cinta atau patah hati. Cinta akan lahir ketika seseorang merasakan adanya rasa kenyamanan dan kesenangan saat berhadapan dengan lawan jenis. Oleh karena itu, anak muda yang saling mencintai membuat sebuah komitmen hubungan untuk mengikat perasaan cinta tersebut agar menjadi hal yang dapat membawa kebahagiaan. Tetapi dalam perjalannya, cinta tidak selalu berjalan dengan mulus.

Jatuh cinta dan putus cinta merupakan hal yang sangat identik dengan kehidupan pemuda. Dalam perspektif sosiologi, pemuda adalah individu yang terwarisi masa lalu dan terbebani masa depan. Pemuda menurut WHO adalah seseorang yang berusia 10-24 tahun. Pada usia ini, anak muda akan merasakan mencintai, menghargai, menghormati, berbagi, dan rela berkorban untuk pasangannya. 

Ketika sedang jatuh cinta, anak muda akan merasa bahwa dunia ini milik berdua, tetapi ketika putus cinta, anak muda akan merasa dunianya runtuh dan menjadi orang paling menderita di dunia. Putus cinta merupakan adalah kejadian berakhirnya suatu hubungan cinta yang dijalin dengan pasangan (Yuwanto, 2011). Ada beberapa factor yang menyebabkan hubungan cinta menjadi putus, misalnya cemburu atau hilanhnya kepercayaan, ditentang keluarga, hubungan jarak jauh, dan cinta beda agama.

Ketika menjalani suatu hubungan, pasti akan terjadi konflik yang menimbulkan perdebatan. Menurut sosiolog Kerry R. Carter dari East Carolina University, berakhirnya suatu hubungan dapat disebabkan oleh jarak, tuntutan waktu, ketidakcocokan, dan tidak lagi jatuh cinta atau berhenti mencintai. 

Berdasarkan teori konflik, putus cinta merupakan kondisi saat ada ketegangan yang terjadi disebabkan oleh perbedaan nilai diantara keduanya. Selain itu adanya ketidakmampuan menerima perubahan dalam suatu hubungan. Tokoh teori konflik, Ralp Dahrendorf menyebutkan pertentangan yang terjadi secara terus menerus mengantarkan pada sebuah perubahan.

Pemuda sangat menganggap bahwa cinta memegang peran yang penting dalam hidupnya. Anak muda juga mengalami perubahan pada aspek kognitif, dimana pada perkembangan kognitifnya diharapkan sudah mampu berfikir dewasa dan rasional serta memiliki pertimbangan yang lebih matang dalam menyelesaikan masalahnya. 

Namun, pada kenyataannya tidak semua anak muda dapat berfikir rasional dalam menghadapi masalah. Masalah-masalah yang muncul sering dirasa terlampau berat dalam hidupnya, seperti halnya putus cinta. Hal ini merupakan hal wajar dirasakan, karena  pada masa ini anak muda akan merasa tertarik dengan lawan jenis. Tidak heran juga apabila putus cinta akan merasakan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam.

Perasaan sedih ketika putus cinta merupakan suatu hal yang umum. Tetapi ketika pemuda merasakan kesedihan yang berlarut hingga menganggu konsentrasi dalam beraktivitas, maka hal itu merupakan masalah besar yang memerlukan upaya penyelesaian pada pemuda tersebut agar dirinya tetap bangkit dan menjalani kehidupan sehari-hari. 

Terkadang kesedihan dan kekecewaan mendalam yang dirasakan anak muda akan berujung pada tindakan negatif seperti self harm dan minum minuman keras. Banyak terdapat kasus anak muda yang memutuskan bunuh diri setelah mengalami putus cinta. Hal itu dikarenakan perasaan sedih yang mandalam, sulit untuk menerima kenyataan, merasa menderita, merasa tidak bahagia, dan lain sebagainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun