Pendidikan merupakan aspek penting sebagai penggerak dan pendorong kemajuan suatu peradaban. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula suatu peradaban. Sebab peradaban menuntut adanya kemajuan pola pikir manusia untuk menjawab masalah dan tantangan zaman, berfikir kreatif, dan inovatif.Â
Peradaban islam atau golden age era dinasti Abbasiyah (750-1258 M) telah tercatat dalam sejarah peradaban. Pada era ini terlahir para filsuf, ilmuan dari dunia islam yang berhasil menghasilkan kontribusi besar bagi dunia. seperti Al-Khawarizmi (ilmuan matematika, astronomi), Ibnu Sina (kedokteran, filsafat), Ibnu Haitsam (optik), Al-Farabi (filsafat), Al-Ghazali (tasawuf, filsafat), dan Ibnu Rusyd (filsafat, fikih), Al Kindi dalam filsafat, dan ilmuan lainnya. Keberhasilan abbasiyah sebagai pusat peradaban dunia kala itu, tidak lepas dari kebijakan pendidikan yang dinilai strategis dan sistematis hingga menghasilkan peserta didik berkualitas yang mampu berkontribusi sebagai penggerak kemajuan islam.
Lantas, bagaimana implementasi manajemen strategi pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah abbasiyah hingga mampu melahirkan peserta didik berkualitas?
A. Tentang manajemen strategi bidang pendidikan
Manajemen strategi merupakan cara untuk mengelola organisasi secara efektif dan efisien hingga pada tataran pelaksanaan atau implementasi dan pencapaian tujuan dari apa yang sebelumnya telah ditetapkan. Menurut Riva'I, proses manajemen strategis sendiri dibagi menjadi 3 langkah pokok yakni; pertama, perumusan strategi (formulating strategy); kedua, Penerapan strategik (implementing strategy); ketiga, Evaluasi (evaluating). Jika ditelaah secara lebih mendalam, terdapat unsur-unsur dasar dalam manajemen strategi, yakni diantaranya analisis lingkungan, perumusan strategi, pelaksanaan strategi, evaluasi dan pengendalian
Menurut Engkoswara dan Aan (2018) definisi manajemen pendidikan merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari perencanaan sampai evaluasi serta pelaporan secara sistematis terhadap kegiatan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas.
B. Manajemen Strategi Bidang Pendidikan Pada Masa Pemerintahan Dinasti Abbasiyah
- Analisis SituasiÂ
Secara kondisi sumber daya dana pada dinasti abbasiyah termasuk dalam kondisi yang cukup baik atau dikategorikan sebagai aspek strength (kekuatan) pada masa itu, dimana sumber pendanaan pendidikan diperoleh dari pemerintah, seperti kas negara (Baitul Mal), wakaf, hingga sumbangan biaya pendidikan yang diberikan oleh orangtua peserta didik. Selain itu, sisi kekuatan juga terlihat pada kualitas sumber daya manusia, ditandai dari aspek dukungan intelektual yang kuat, tercermin dari keinginan khalifah pada masa itu untuk menuntut ilmu, sehingga menciptakan atmosfer intelektual yang sangat hidup. Namun, pada masa awal dinasti abbasiyah terdapat kelemahan pada sisi minimnya infrastruktur pendidikan formal. Dimana lembaga pendidikan bersifat non formal lebih mendominasi seperti masjid dan rumah-rumah ulama.
- Planning (Perencanaan)
Tujuan pendidikan pada masa pemerintahan dinasti abbasiyah tidak lain mencakup empat aspek, yakni; 1) Tujuan Keagamaan dan akhlak, Dimana peserta didik di arahkan memiliki pengetahuan akan Al Qur'an dan Hadist, kemampuan dalam membaca, menghafal Al Qur'an, hingga menerapkan nilai-nilai akhlak yang diajarkan islam sebagai tujuan dari pembentukan karakter atau akhlak; 2) Tujuan kemasyarakatan, Selain tujuan keagamaan dan akhlak ada pula tujuan kemasyarakatan, yaitu peserta didik diarahkan dapat mengubah dan memperbaiki masyarakat, melalui karya yang dihasilkan. 3) Tujuan membudayakan nilai, ialah membumikan nilai cinta akan ilmu pengetahuan serta menumbuhkan kebermaknaan atas ilmu yang diperoleh serta karya bermanfaat yang dihasilkan. 4) Tujuan Kebendaan, dimana peserta didik yang menuntut ilmu, diharapkan mendapat penghidupan yang layak, dan pangkat / jabatan yang tinggi, bahkan kemegahan dan kekuasaan di dunia ini.
Terdapat upaya atau strategi yang ditetapkan oleh pemerintahan dinasti abbasiyah dalam pengembangan aspek pendidikan, yakni melingkupi strategi pembangunan lembaga pendidikan dan pengondisian nilai-nilai kecintaan terhadap ilmu pengetahuan.
Perencanaan kurikulum dibuat secara komprehensif, terdiri dari ilmu yang bidang keagamaan hingga ilmu umum atau eksata. Ilmu agama meliputi Al-Qur'an, fikih, hadis, tafsir, dan akidah. Sementara itu, ilmu umum yang dipelajari meliputi matematika, astronomi, filsafat, dan kedokteran. Dalam bidang filsafat, pemikiran Yunani seperti ajaran Aristoteles dan Plato diterjemahkan dan dikaji secara mendalam oleh para sarjana muslim kala itu.
- Pelaksanaan