Mohon tunggu...
Ailul Hidayah
Ailul Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Kota Mukalla, Yaman

בשם אללה הרחמן והרהום

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Urgensi Memahami Fardhu Ain dan Fardhu Kifayah Dari Segi Ilmu Untuk Memajukan Peradaban Islam

7 Agustus 2022   00:16 Diperbarui: 30 Juli 2023   15:20 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam istilah fiqh kita mengenal yang namanya fardhu ,yaitu sesuatu yang diwajibkan atau dibebankan kepada seorang mukallaf(Islam, balig, dan berakal). Fardhu ini secara garis besar yang  berdasarkan subyek atau orang yang melakukannya dibagi menjadi dua yaitu fardhu ain dan fardhu kifayah.

 Fardhu Ain merupakan kewajiban individu yang artinya bahwa kewajiban ini harus dipenuhi dan dilaksanakan secara perseorangan, jika dia tidak melaksanakannya maka dia berdosa,contoh dari fardhu ain ini seperti  mengetahui hal hal dasar mengenai ibadah dan tauhid, sholat lima waktu, puasa di bulan ramadhan dan lain sebagainya.

Berikutnya ada fardhu kifayah, yaitu kewajiban kolektif atau kewajiban bersama,maksudnya ketika lingkungan suatu masyarakat sudah ada yang mengerjakan hal tersebut, entahkah yang mengerjakan itu satu orang, dua orang atau bahkan lebih maka itu sudah cukup, dan masyarakat yang lain sudah tidak terbebani lagi dengan kewajiban tersebut karena sudah diwakilkan oleh beberapa orang yang tadi, contoh dari fardhu kifayah ini seperti sholat jenazah, adzan dan lain lain sebagainya.

Selanjutnya kenapa tulisan ini saya beri judul  dengan  "Urgensi Memahami Fardhu Ain dan Fardhu Kifayah Dari Segi Ilmu Untuk Memajukan Peradaban Islam ", karena saya ingin membahas singkat mengenai beberapa streotipe dimasyarakat(yang pada umumnya terdapat pada sebagian besar umat islam) yang menurut saya itu adalah faktor kemunduran khususnya bagi kita umat islam. Adanya anggapan bahwa ilmu ilmu yang berkaitan dengan agama itu adalah sangat penting dan posisinya sangat jauh diatas ilmu ilmu duniawi seperti ilmu kedokteran, ilmu matematika atau perhitungan, ilmu sains serta teknologi dan sebagainya

Anggapan anggapan seperti itu menurut saya, timbul karena kita kurang memahami esensi dan eksistensi dan kegunaan atau fungsi serta nilai dari suatu ilmu ilmu yang ada. Kesalahapahaman memandang fardhu kifayah (kewajiban kolektif) sebagai fardhu ain (kewajiban individu) adalah salah satu faktor yang menyebabkan kita(khususnya umat islam) dari segi peradaban dan perkembangan ketinggalan jauh dari non Muslim atau bahkan orang orang yang tidak beragama(atheis).

Perlu kita sangat ketahui tidak semua ilmu ilmu syar'i/yang berkaitan dengan agama wajib bagi setiap muslim untuk didalami sedalam dalamnya sehingga membuatnya seakan akan menjadi fardhu ain padahal tidak. Mendalami ilmu agama/syar'i hingga  memenuhi syarat untuk menjadi ulama itu fardhu kifayah, satu orang atau dua orang itu sudah cukup dalam suatu daerah/ruang lingkup lingkungan masyarakat. 

Kalau kita berkaca dimasa lalu, ketika umat islam berkembang dari segala aspek keilmuan disitu tidak ada tumpang tindih dalam memahami ilmu mana yang penting dan mana yang tidak penting,semua dianggap penting hingga semua dipelajari dan terjadi kombinasi yang akhirnya pada saat itu peradaban umat islam berkembang dengan sangat maju, pemikirannya maju, teknologi maju, karena semua ilmu saling melengkapi dan belum ada stereotip stereotip seperti zaman sekarang.

saya rasa tidak perlu berpanjang lebar untuk membahas dan menguraikan rincian ilmu mana yang fardhu ain ataupun ilmu mana  yang fardhu kifayah. saya kira jika anda mau membaca tulisan ringkas keresahan saya ini  dengan penuh kesadaran sebagai muslim yang menginginkan kita umat islam kembali merebut posisi puncak peradaban seperti dimasa lalu(tentunya tanpa terjebak dengan romantisme masa lalu), pasti anda langsung mengetahui yang saya maksud itu ilmu yang mana. Setidaknya jika kita tidak bisa memberikan sumbangsih  berupa inovasi atau penemuan yang bermanfaat pada umat, setidaknya kita dapat memotivasi atau mendorong umat untuk melakukan itu, entahkah dengan cara ceramah, nasihat atau berupa tulisan, seperti opini saya ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun