Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bukan Sekedar Pahlawan, Mereka Juga Mahasiswa Biasa di Kramat 106

23 September 2025   09:00 Diperbarui: 18 September 2025   22:10 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunjung di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).(KOMPAS.com/SUCI WULANDARI PUTRI)

Kita sering mendengar kisah tentang rumah di Kramat 106. Rumah itu menjadi saksi lahirnya sebuah ikrar yang dianggap sakral, Sumpah Pemuda (Museum Sumpah Pemuda Kemdikbud).

Di sana para pemuda dari berbagai suku berkumpul. Mereka datang dari pulau yang berbeda, lalu menyatukan cita-cita tentang masa depan sebuah bangsa.

Cerita ini terasa agung dan heroik, dan sering dijadikan salah satu pilar utama kebangsaan Indonesia.

Semua itu benar. Hanya saja jarang diceritakan secara utuh.

Sejarah kerap ditata rapi dan lurus, seolah para pahlawan adalah sosok tanpa cela. Mereka duduk, berbincang tentang kebangsaan, lalu merumuskan persatuan.

Seakan tidak ada hambatan berarti. Padahal saat itu ada banyak kelompok pemuda. Ada Jong Java, Jong Bataks, juga Jong Sumatranen Bond. Perbedaan pendapat kerap digambarkan seolah melebur begitu saja dalam semangat persatuan (Arsip Nasional RI, 2021).

Semangat menjadi satu bangsa memang ada, tapi sering terlihat seperti datang mudah, tanpa keringat atau perdebatan sengit.

Kalau kita bayangkan lebih dekat, mereka bukan hanya pemikir atau aktivis. Mereka masih muda, banyak yang berstatus mahasiswa.

Tidak sedikit yang masih pelajar. Ada yang belajar di STOVIA, ada juga dari sekolah tinggi hukum RHS.

Mereka tinggal bersama di rumah kos yang ramai. Hidup sehari-hari tetap berjalan. Urusan perut tetap dipikirkan, urusan membayar sewa juga.

Bisa jadi ada cekcok soal kebersihan kamar. Bisa jadi ada selisih paham yang sangat personal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun