Mohon tunggu...
Aidhil Pratama
Aidhil Pratama Mohon Tunggu... ASN | Narablog

Minat pada Humaniora, Kebijakan Publik, Digital Marketing dan AI. Domisili Makassar.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Saat UMKM Lokal Terancam Mati oleh Produk Impor

15 September 2025   21:00 Diperbarui: 10 September 2025   16:08 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi UMKM, pelaku UMKM. (SHUTTERSTOCK/BASTIAN AS via Kompas.com)

Platform digital lagi jadi sorotan. Sorotannya tajam ke media sosial belanja. Wajar kalau banyak orang cemas.

UMKM lokal dikhawatirkan tersisih oleh produk impor yang harganya sangat murah, sampai terasa tidak masuk akal.

Banyak yang lalu menunjuk satu biang keladi: predatory pricing. Ini strategi curang di mana pelaku sengaja menjual barang sangat murah. Bahkan di bawah biaya produksi.

Bukan untuk cari untung di awal. Melainkan untuk mematikan pesaing. Setelah pesaing tumbang, barulah harga dinaikkan sesuka hati.

Kecurigaan ini tidak muncul tanpa dasar. Media kredibel memberitakan temuan menteri soal banjir produk impor murah.

Menteri Teten Masduki pun mencurigai praktik predatory pricing (CNN Indonesia, 2023). KPPU sudah menilai pola seperti ini berbahaya karena merusak persaingan yang sehat (KPPU, 2021).

Tapi apakah sesederhana itu? Belum tentu. Menyamaratakan semua harga murah sebagai praktik curang bisa gegabah. Ada kemungkinan lain. Harga murah bisa lahir dari efisiensi yang sangat tinggi.

Analisis ekonomi global menunjukkan keunggulan manufaktur China yang menekan biaya produksi. Investopedia menulis hal ini pada 2023.

Skala produksi masif dan rantai pasok yang sangat efisien membuat pabrik di sana tetap untung, meski harga jual di sini terasa mustahil. Jadi bukan semata jual rugi. Ini lebih pada adu efisiensi.

Fokusnya juga jangan hanya ke platform. Kita perlu berkaca. Sejauh mana UMKM kita siap? Apakah kualitas produk sudah jadi prioritas? Sudah mahir pemasaran digital?

Platform itu seperti pisau bermata dua. Di satu sisi persaingan makin ketat. Di sisi lain pasar terbuka lebar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun