Setiap tanggal 22 Juni, Jakarta merayakan hari jadinya. Perayaan ini berakar pada peristiwa besar masa lalu. Peristiwa itu terjadi pada 22 Juni 1527.
Saat itu Sunda Kalapa berhasil direbut. Sunda Kalapa adalah pelabuhan utama Kerajaan Sunda. Pasukan Demak dan Cirebon merebutnya (Liputan6, 2021).
Pasukan itu dipimpin langsung oleh Fatahillah. Nama kota pelabuhan itu lalu diubah. Nama barunya adalah Jayakarta.
Jayakarta berarti kemenangan yang gemilang. Sebuah kemenangan memang dirayakan secara besar. Sebuah babak sejarah baru pun resmi dimulai.
Namun di balik perayaan kemenangan itu. Ada sebuah narasi sejarah lebih tua. Narasi ini sering kurang mendapat sorotan.
Inilah narasi Jakarta sebelum menjadi Jayakarta. Ini narasi tentang warisan peradaban Sunda.
Warisan itu seakan tenggelam oleh cerita baru. Banyak pihak melihat penetapan hari jadi itu.
Mereka melihatnya sebagai sebuah paradoks. Perayaan kelahiran Jayakarta seolah menutupi jejak. Jejak panjang dari Kerajaan Sunda.
Kerajaan itu ada berabad-abad sebelumnya. Tapi apakah ceritanya sesederhana itu?
Mungkin tujuannya bukan untuk menghapus warisan. Mungkin ini soal sudut pandang sejarah. Sudut pandang itu kini lebih dominan.
Setiap kemenangan melahirkan pahlawan dan ceritanya. Cerita Jayakarta adalah tentang identitas baru.