Masalah utang keluarga muncul tiba-tiba. Anggota keluarga lain mungkin terkejut. Mereka tidak tahu masalah ini. Utang itu kadang tersembunyi rapat (Debt.co.id).Â
Lalu, tiba-tiba muncul ke permukaan. Ini bisa jadi pukulan telak. Bukan hanya menyangkut soal uang. Tapi juga kepercayaan yang hancur.
Banyak orang berpikir utang selesai. Jika sudah dibayar lunas. Padahal, itu pemikiran sederhana (Blog Bank Mega).Â
Melunasi utang memang sangat penting. Itu meringankan beban keuangan (Prudential, 2022).Â
Tapi, utang sering kali cuma gejala. Ada masalah yang lebih dalam (NU Online; Amartha).Â
Bisa jadi manajemen uang buruk (Prudential Syariah; IPB University). Atau kebiasaan belanja tak terkontrol (Pina.id).Â
Jika hanya bayar utangnya saja. Masalah aslinya tidak akan hilang. Utang baru bisa muncul lagi (Kompasiana, Harmoko, 2024).
Bayangkan saja sebuah rumah bocor. Anda hanya menambal bagian basah. Tapi Anda tak mencari sumbernya. Air akan kembali terus merembes.Â
Bahkan, mungkin bisa lebih parah. Sama halnya dengan masalah utang. Jika utang hanya dilunasi saja. Tanpa mencari akar masalahnya. Itu seperti menambal sebuah kebocoran. Tanpa memperbaiki atap rumahnya (Pina.id).
Hubungan keluarga terluka karena utang. Luka itu tidak bisa sembuh cepat (Kompasiana, Novia 33171). Tidak seperti luka fisik saja. Yang bisa diobati secara langsung. Memulihkan kepercayaan lebih sulit (DBS Indonesia).Â
Ini butuh waktu yang panjang. Butuh kejujuran dan tanggung jawab. Dari pihak yang sedang berutang. Juga perubahan sikap yang nyata (Kompasiana, Harmoko, 2024). Tidak ada obat instan penyembuh. Untuk semua luka emosional itu.