Mengenal Candi Agung AmuntaiÂ
dibuat oleh : Aida Ardhiyanita Risdayanti (Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Telkom University)
Salah satu situs bersejarah di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, adalah Candi Agung Amuntai. Candi ini dianggap sebagai peninggalan Kerajaan Negara Dipa, cikal bakal Kesultanan Banjar. Candi Agung Amuntai memiliki nilai budaya dan sejarah yang signifikan karena merupakan salah satu candi tertua di Kalimantan.
                                                     Sejarah Candi Agung Amuntai
Pada masa Kerajaan Negara Dipa, yang berdiri dari abad ke-13 hingga abad ke-14, Candi Agung Amuntai dianggap sebagai tempat ibadah. Kemudian berubah menjadi Kerajaan Negara Daha sebelum akhirnya menjadi Kesultanan Banjar. Menurut legenda dan dokumen sejarah, Empu Jatmika adalah orang yang membangun candi ini.
Candi Agung Amuntai, sebagai pusat keagamaan dan pemerintahan, memainkan peran penting dalam menyebarkan agama Hindu ke seluruh Kalimantan. Namun, fungsinya mulai berubah seiring masuknya Islam ke wilayah ini. Sekarang menjadi salah satu situs cagar budaya yang dilindungi.
Tradisi Adat Istiadat di Candi Agung Amuntai
Selain sebagai situs sejarah, Candi Agung Amuntai juga menjadi tempat berlangsungnya berbagai tradisi adat yang masih dilestarikan oleh masyarakat Banjar. Beberapa tradisi tersebut antara lain:
1.Batampungas Banyu Sumur "Air Candi"
Masyarakat setempat melakukan ritual pembersihan dan penyucian sumur di kompleks Candi Agung Amuntai karena mereka percaya bahwa air sumur memiliki kekuatan spiritual yang dapat memberikan berkah dan keselamatan bagi mereka yang menggunakannya dalam ritual adat atau dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pengambilan Air Putri Junjung Buih
Salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh orang Banjar adalah mengambil "Air Putri Junjung Buih". Putri Junjung Buih adalah seorang ratu yang terkenal di Kalimantan. Selain kedudukannya sebagai ratu ia pun memiliki wajah cantik rupawan. Wanita Pertama yang menjabat sebagai pemimpin di Negara Dipa. Sekarang ini dikenalah sebagai situs Mahligai Putri Junjung Buih.  Situs ini waktu dulu digunakan putri untuk badudus atau mandi-mandi dan berias. Yang merias putri adalah Dayang Mayang Sari. Tradisi ini masih sampai sekarang terutama Masyarakat  Banjar.
Menurut adat istiadat setempat, air sumur ini digunakan untuk mandi-mandian. Dipercaya bahwa air ini memiliki aura yang baik untuk seseorang, baik untuk acara perkawinan maupun untuk memandian anak-anak remaja atau perawan, sehingga mereka dipandang penuh kehormatan seperti Putri Junjung Buih.
3.Bakilanan (Pertapaan Pangeran Suryanata)