Mohon tunggu...
Ahmad Humaidi
Ahmad Humaidi Mohon Tunggu... Freelance Writer -

Mulai Menulis Dari MEDIA NOLTIGA (FMIPA UI), Sriwijaya Post, magang Kompas, Sumsel Post hingga sekarang tiada berhenti menulis... Menulis adalah amalan sholeh bagi diri dan bagi pembaca sepanjang menulis kebenaran dan melawan kebatilan.....

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Puasa Mengubah Manusia dari Hewan Politik Menjadi Hamba Tuhan

27 Mei 2018   04:41 Diperbarui: 27 Mei 2018   04:45 884
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
political animals - Bandcamp

Nafsu makan dan minum menjadi urusan manusia segala usia. Berlangsung dari detik ke detik sepanjang hari, minggu, bulan dan tahun. Berlaku semboyan tiada hari tanpa makan dan minum. Hari-hari adalah makan dan minum.

Gara-gara tidak dapat mengendalikan nafsu makan dan minum banyak orang jatuh sakit. Jauh lebih banyak orang sakit dan mati gara-gara kebanyakan makan dan minum ketimbang orang sakit dan mati gara-gara kekurangan makan dan minum seperti di Papua.

Lebih dari itu gara-gara tidak dapat mengendalikan nafsu makan dan minum itu pula banyak orang masuk penjara. Menjadi orang hukuman karena korupsi, mencuri dan membunuh. Sebab sebagian besar hasil korupsi, mencuri dan membunuh buat memenuhi kebutuhan makan dan minum biar seseorang tetap bisa hidup dan menjalani kehidupan sehari-hari.

Pada dasarnya orang takut kalau kekurangan dan ketiadaan makanan dan minuman di rumahnya masing-masing. Gambaran sakit dan mati gara-gara tidak makan dan minum begitu mengerikan. Berakibat setiap orang berusaha mencari makan dan minum dengan menghalalkan segala cara. Terbentuk ideologi dalam diri manusia bahwa hidup adalah untuk makan dan minum. Makan dan minum untuk hidup. Tidak jauh berbeda dengan hidup hewan-hewan di muka bumi.

Meski ada kesamaan ideologi antara manusia dengan hewan namun manusia jauh lebih membutuhkan makan dan minum ketimbang hewan-hewan. Pasalnya, kebutuhan makan dan minum hewan-hewan hanyalah untuk hidup satu hari sebagaimana perilaku sapi, kambing, kucing, anjing dan babi. Sebaliknya kebutuhan makan dan minum manusia di mana-mana bukan untuk hidup satu hari, tapi satu minggu, satu bulan, satu tahun dan bahkan ada yang bertahun-tahun alias seumur hidup.

Ideologi begitu mewarnai manusia dalam satu negara. Makin kuat suatu negara maka kebutuhan makan dan minum makin menjadi tahunan hingga puluhan tahun ke depan. Makin lemah suatu negara maka kebutuhan makan dan minum makin menjadi harian hingga jaman.

Dengan ideologi begitu muncul kecenderungan negara kuat berusaha sekuat-kuatnya menyediakan kebutuhan makan dan minum warga negaranya selama-lamanya. Dari sini negara kuat tidak segan-segan dan tidak malu-malu mengekpansi dan menginvasi negara lainnya yang lebih lemah untuk mendapatkan persediaan makan dan minum sebanyak-banyaknya dengan alasan investasi. Hanya saja investasi yang terjadi selalu menguntungkan negara kuat dengan merugikan negara lemah. Negara kuat semakin kuat sebaliknya negara lemah semakin lemah. Pada akhirnya negara kuat menjajah negara lemah menyerupai penjajahan di masa-masa lalu.

Bulan Ramadhan atau bulan Puasa merupakan pemusatan pendidikan dan pelatihan mengendalikan nafsu makan dan minum. Dengan cara memajukan waktu makan dari pagi hari sekitar jam 07.00 menjadi dini sekitar jam 03.00 sebelum masuk waktu shalat subuh. Juga menyatukan waktu makan siang dan malam sekaligus sekitar jam 18.00 atau masuk waktu shalat magrib.

Sepanjang dari waktu subuh hingga waktu magrib itulah manusia-manusia menahan makan dan minum sehingga merasakan lapar dan haus sepanjang hari terlebih lagi siang hari. Menahan makan dan minum bukan karena takut kepada manusia melainkan takut kepada Tuhan. Sebab perintah menahan makan dan minum bukan datang dari manusia melainkan datang dari Tuhan. Berlaku sejak 14 abad silam bahkan juga abad-abad sebelumnya melalui perantaraan para nabi dan umatnya masing-masing.

Bisa jadi pada mulanya manusia-manusia menahan makan dan minum karena takut dan malu kepada manusia. Terlebih di negara-negara mayoritas beragama Islam yang manusia-manusianya selalu berpuasa selama satu bulan setiap tahunnya.

Setiap manusia beragama Islam atau mengaku Muslim merasa takut dan malu jika ketahuan manusia-manusia lainnya dalam keadaan tidak berpuasa. Tidak berpuasa berarti tidak melaksanakan perintah Tuhan. Padahal yang orang-orang beragama Islam atau Muslim wajib melaksanakan perintah Tuhan di antaranya perintah puasa. Siapapun Muslim tidak berpuasa sama saja menentang, melawan dan mendurhakai Tuhannya. Bahkan bisa menjadi kafir kalau menolak berpuasa dengan alasan di antaranya Tuhan tidak memerintahkan Muslim-muslim berpuasa di bulan Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun