Walikota Surabaya, Bu Risma kaget alang kepalang. Tiba-tiba di kotanya ada ledakan di luar gedung gereja. Berita menyebar secepat kilat.
Kaget Bu Risma bukan sekedar bom meledak. Bom meledak di negeri ini sudah biasa terjadi pada musim-musim tertentu dan di kota tertentu.
Kagetnya walikota karena bom meledak begitu saja ketika dibawa-bawa satu keluarga terdiri dari seorang ayah, ibu dan empat orang anak. Bahkan dua anak masih kecil ikutan menjadi korban.
Polisi menyebarkan gambar korban ledakan dalam sebuah foto keluarga layaknya foto keluarga di mana-mana. Terdiri dari seorang ayah berdiri di belakang dan didepannya empat orang anaknya dan istrinya mengenakan jilbab warna-warni.
Dikabarkan juga kalau ayah dalam foto itu adalah pimpinan teroris baru saja pulang dari Suriah lagi ahli merakit bom. Timbul pertanyaan, "Kok bisa-bisanyanya seorang ayah mengorbankan dirinya, istrinya dan anak-anaknya dalam ledakan bom?".
Berbagai jawaban muncul bersamaan dengan kabar mengejutkan begitu. Sebagian orang langsung mengatakan begitulah kejamnya teroris. Gara-gara menginginkan bidadari di surga, tega-teganya seorang ayah meledakkan dirinya dan keluarganya secara bersama-sama. Tidak mengherankan kalau polisi seringkali menembak mati siapa-siapa yang tidak bersalah tapi dianggap tersangka teroris.
Sebagian orang lainnya tidak langsung berkata begitu. Tapi berusaha mencerna kejadian demi kejadian dengan mengingat-ingat informasi-informasi sebelumnya. Sangatlah sulit bagi seseorang memutuskan untuk melakukan bunuh diri secara bersama-sama lagi pake bom. Kalau pun ada biasanya berlatar-belakang putus asa menghadapi hidup dan kehidupan. Daripada sengsara hidup kesulitan mendapatkan sesuap nasi lebih baik mati saja. Bukankah kematian mengakhiri semua kesulitan sebesar apapun kesulitan?
Dari berbagai informasi yang sudah tersebar luas memang ada kejadian bom meledak begitu saja tanpa diketahui oleh si pembawanya. Bahkan pembawanya tidak tahu kalau yang dibawanya adalah bom yang bisa meledak dengan remote control orang lainnya dari jarak jauh.
Dengan demikian meledaknya bom hingga menewaskan satu keluarga adalah kerja intelijen yang sengaja membuat satu keluarga tewas bersama bom yang dibawanya tanpa diketahuinya. Baru kali ini terjadi satu keluarga tewas karena bom serupa perbuatan teroris. Sebelum-sebelumnya ledakan bom hanya menewaskan pelakunya sendiri dan orang-orang yang ada di dekatnya tanpa melibatkan istri dan anak-anaknya layaknya genoside.
Itu sebabnya Bu Risma kaget alang kepalang mendengar kejadian warganya satu keluarga tewas gara-gara bom yang dibawanya. Bu Risma percaya informasi polisi kalau korban terpengaruh atau dipengaruhi keyakinan agamanya bahwa bom bunuh diri adalah mulia sebagaimana mulianya arek-arek Surabaya melawan tentara Inggris dengan membawa bom lalu meledakkannya dekat musuh. Sampai-sampai seorang jenderal pemenang perang dunia ikutan tewas karenanya.
Bu Risma pun memerintahkan anak buahnya mengundang semua takmir masjid dengan tujuan melakukan pembinaan. Tidak ingin ada korban-korban berikutnya gara-gara memahami keyakinan agama yang salah. Berusaha mengingatkan takmir masjid atau pengurus masjid supaya tidak ada lagi seruan-seruan bom bunuh diri dalam masjid baik dalam khotbah Jumat maupun ceramah-ceramah biasa.