Ketidakadilan membakar kecenderungan penguasa meneror rakyatnya. Sebaliknya keadilan meredam kecenderungan penguasa meneror rakyatnya.
Hanya penguasa yang memiliki kemampuan dan kelengkapan peralatan melakukan teror sedangkan rakyat hanya menjadi korban teror. Meski begitu suara2 kritikan rakyat kerapkali dianggap penguasa sebagai teror menyamai teror penguasa terhadap rakyatnya. Karenanya penguasa membalasnya dengan meneror rakyat yang mengkritiknya dengan teror yang jauh lebih dahsyat lagi. Berusaha meredam dan menghabisi kritik dari rakyatnya.
Ada masanya suara2 kritikan dari rakyat tidak bisa diredam dan dihabisi penguasa. Apapun upaya penguasa meredam dan menghabisi suara2 kritikan dari rakyat selalu saja gagal. Pertanda sebagian besar rakyat sudah tidak takut lagi dengan teror penguasa. Bahkan rakyat bersiap menghadapi teror penguasa dengan teror serupa yang biasa berpuncak pada konflik habis2an.
Kalau sudah konflik habis2an begitu, hanya ada dua kejadian. Rakyat menang sebaliknya penguasa kalah lalu diganti penguasa baru yang pro rakyat. Rakyat kalah sebaliknya penguasa menang lalu penguasa semakin menguat sehingga dapat memaksa rakyat anti penguasa menjadi pro penguasa.
Konflik habis2an bukan saja merugikan penguasa dan rakyat tapi juga membuat kehidupan bernegara dan berbangsa menjadi mundur puluhan tahun ke belakang. Meninggalkan korban jiwa begitu banyak dan kerugian materil yang begitu besar. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa menormalkan kembali kehidupan sebagaimana sebelum terjadi konflik habis2an. Hal ini dirasakan seluruh bangsa di dunia ketika terjadi Perang Duni 1 dan 2.
Belajar dari konflik habis2an muncul solusi berupa pergantian penguasa secara rutin melalui demokrasi dengan Pilpresnya. Penguasa2 yang tidak adil pastilah meneror rakyatnya terutama rakyatnya yang menjadi korban ketidakadilan penguasa. Berakibat timbul konflik antara penguasa versus rakyat yang bisa tumbuh dan berkembang dari konflik kecil2an menjadi besar2an dan habis2an.
Dengan solusi Pilpres bisa dicegah terjadinya konflik habis2an. Rakyat tidak lagi memilih penguasa yang tidak adil. Tapi rakyat akan memilih penguasa baru yang dianggap bisa berbuat adil. Setidaknya penguasa baru berbuat lebih baik dari penguasa yang digantikannya yang sudah terbukti tidak adil.
Memang tidak ada penguasa dari golongan manusia yang mampu berbuat adil sepenuhnya. Tapi rakyat merasa cukup bilamana keadilan penguasa lebih menonjol dari ketidakadilannya. Rakyat tidak menginginkan penguasa yang ketidakadilannya lebih menonjol dari keadilannya. Hanya keadilan penguasa yang bisa meredam kecenderungan penguasa meneror rakyatnya sekaligus juga meredam konflik kecil2an antara penguasa versus rakyat sehingga konflik kecil2an tidak tumbuh dan berkembang menjadi konflik habis2an. Robohlah negara.