Mohon tunggu...
ahmad zakkyy
ahmad zakkyy Mohon Tunggu... mahasiswa

Saya adalah fresh graduate dari Akademi Metrologi dan Instrumentasi (AKMET) dengan minat pada bidang kalibrasi, teknologi, kepenulisan, dan literasi. Aktif di berbagai organisasi serta berpengalaman sebagai content writer di platform edukasi dan literasi, saya terbiasa menulis artikel seputar teknologi, pendidikan, hingga kisah inspiratif dari pengalaman pribadi. Menulis bagi saya adalah ruang untuk berbagi pemikiran, memperluas wawasan, sekaligus berdialog dengan pembaca.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Gaya Hidup Otentik: Kenapa Gen Z Indonesia Lebih Pilih Autentisitas daripada Viralitas

20 September 2025   12:55 Diperbarui: 19 September 2025   23:02 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era media sosial, "viral" sering dianggap tiket menuju eksistensi. Konten yang trending, dengan ribuan like dan share, seolah jadi tolok ukur keberhasilan. Tapi, kini ada pergeseran menarik: Gen Z Indonesia mulai jenuh dengan sekadar viralitas. Mereka lebih memilih gaya hidup otentik --- hidup sesuai identitas pribadi, bukan hanya ikut arus tren.

Fenomena ini bisa disebut sebagai #FilterOnMyOwn: memilih "filter" hidup sendiri, bukan menyalin gaya yang sedang ramai.

Viralitas vs Autentisitas

Riset Cheil Research mencatat 67% Gen Z Indonesia menganggap otentisitas lebih penting daripada viralitas. Mereka lebih respek pada sosok yang jujur & punya pendirian, dibanding figur yang hanya populer sesaat karena kehebohan semu (Campaign Indonesia).

Kenapa Gen Z Lebih Pilih Autentisitas?

  1. Kelelahan Algoritma
    Timeline penuh tren yang sama bikin bosan. Banyak Gen Z merasa perlu tampil "sempurna" demi engagement, tapi lama-lama melelahkan.

  2. Pencarian Identitas
    Generasi ini sedang aktif menemukan siapa diri mereka. Tren boleh lewat, tapi identitas pribadi dianggap lebih berharga.

  3. Meaningful Connection
    Menurut artikel RRI, Gen Z ingin hubungan sosial yang nyata, bukan sekadar pencitraan di media sosial (RRI.co.id). Mereka menghargai transparansi dan komunikasi jujur.

  4. Kritis terhadap Brand
    Gen Z tidak mudah terpengaruh iklan. Survei Meta menunjukkan mereka cenderung mendukung brand yang selaras dengan nilai pribadi seperti keberlanjutan, inklusivitas, atau kreativitas otentik (Eraspace.com).


Contoh Nyata di Indonesia

  • Konten kreator niche makin naik: mulai dari review buku indie, seni tradisional, sampai travel low-budget.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Worklife Selengkapnya
    Lihat Worklife Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun