Mohon tunggu...
Ahmad Syaihu
Ahmad Syaihu Mohon Tunggu... Guru - Guru MTsN 4 Kota Surabaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Suka menulis dan berbagi tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menjadi Guru, Tersesat di Jalan yang Benar

24 Desember 2022   07:42 Diperbarui: 24 Desember 2022   08:40 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemorogan, nama sebuah desa asri dan nyaman untuk tempat tinggal. Terletak di Kabupaten Gresik.  Keasriannya sampai sekarang masih sangat terasa, desa dengan lahan pertanian yang hijau karena tanahnya tergolong subur, setahun bisa panen 2 kali padi dan sekali panen sayuran dan buah-buahan. 

Puluhan tahun yang lalu, lahirlah anak bernama Basor disana. Ibunya petani sedangkan ayahnya pedagang hewan ternak. Dua duanya tamatan SD. Sedari kecil, Basor bercita-cita menjadi pedagang seperti ayahnya.

Selepas lulus SMP Basor melanjutkan ke SMK (waktu itu namanya STM). Pertimbangannya sederhana, lulus langsung kerja. Di tempat dia tinggal, tidak ada satupun orang berijazah S1. Setelah lulus, dia mencoba mendaftar kerja ke beberapa perusahaan, namun selalu gagal di tes kesehatan. Hal tersebut dikarenakan matanya cacat akibat kecelakan sewaktu kecil. Akhirnya, bersama sahabatnya yang bernama Imron dia merintis usaha dagang topi. Hampir satu tahun dia menekuni usaha tersebut.

Suatu saat ia bertemu dengan gurunya sewaktu SMP. Guru tersebut bertanya mengapa Basor tidak kuliah. Dengan penuh inspirasi guru tersebut memberi motivasi agar Basor melanjutkan kuliah. Beliau mengatakan jika kuliah, mungkin penghasilan kamu belum tentu besar. 

Tapi yakinlah, ilmumu akan bermanfaat untuk banyak orang. Mendengar motivasi dari guru tersebut Basor terketuk hatinya. Dia lalu mengutarakan keinginannya untuk melanjutkan kuliah kepada ayahnya. Namun, ayahnya menolak karena menurut beliau uang untuk biaya kuliah lebih baik untuk menambah modal. Basor kecewa, dengan sedih ia menemui ibunya. Tak tega melihat anaknya, Ibu Basor  menyetujui keinginannya. Dengan senang hati Basor mengucapkan terima kasih dan berjanji untuk kuliah dengan sungguhsungguh.

Tahun 1996 Basor  mengikuti ujian tulis seleksi masuk perguruan tinggi negeri, tepat satu tahun setelah kelulusannya dari STM dan dinyatakan lolos. Dia masuk di salah satu perguruan tinggi negeri keguruan di Malang Jawa Timur. Masa kuliah dia lalui seperti mahasiswa pada umumnya. 

Setelah di wisuda, tawaran menjadi guru tidak tetap (GTT) mengalir dari beberapa sekolah. Kebetulan Jurusan Teknik Mesin khususnya Keahlian Otomotif sangat banyak dibutuhkan. Pilihan jatuh ke salah satu sekolah swasta yang cukup besar di Surabaya . Pada saat menerima gaji pertama, betapa kaget dia. 

Sebulan Rp 600.000,00 mengajar full lebih dari 50 jam pelajaran selama 6 hari kerja. Sedangkan buruh operator produksi di salah satu perusahaan karoseri terbesar di Surabaya  waktu itu sekitar Rp 1.500.000,00. Dia jadi teringat dengan perkataan ayahnya mengapa uang kuliah tidak digunakan saja untuk modal usaha. 

Dia juga teringat temannya waktu jualan topi. Perkembangannya pesat. Omzetnya besar. Selain itu, usaha dagang sapi Ayah Basor dan adik Basor yang lulusan SMK di rumah juga meningkat. Di hati kecil ada sedikit penyesalan mengapa tidak mengikuti jejak orang tuanya untuk berdagang. 

Namun dia juga masih terus terngiang motivasi dari sang guru SMP. Akhirnya dia tetap mantap menjadi guru. Di tahun ketiga dia menjadi GTT, akhirnya dia lolos tes seleksi CPNS.

Hari demi hari Basor lalui dengan bangga untuk mengajar muridmuridnya. Pada suatu saat ada kesempatan beasiswa studi lanjut S2. Nurdi mengambil kesempatan tersebut dan akhirnya lolos. Dia diterima di Jurusan Teknik Mesin di salah satu universitas negeri favorit di Surabaya. Sekarang Basor masih mengajar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun