CINERE, SUBAGIYOÂ -- Ancaman sirup obat yang terkontaminasi bahan kimia berbahaya masih menghantui dunia. Sejak Oktober 2022, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan peringatan keras terkait puluhan kasus sirup batuk dan demam yang tercemar diethylene glycol (DEG) dan ethylene glycol (EG). Kedua zat beracun ini telah dikaitkan dengan setidaknya 300 kematian anak di berbagai negara.
Di tengah keterbatasan fasilitas laboratorium di banyak negara berkembang, Global Pharma Health Fund (GPHF) memperkenalkan protokol uji terbaru dengan Minilab---alat mini laboratorium portabel untuk mendeteksi obat palsu, substandar, maupun terkontaminasi.
Metode baru ini memungkinkan deteksi awal DEG/EG melalui kromatografi lapis tipis (TLC). Bila ditemukan indikasi positif, hasilnya dapat dikonfirmasi dengan kromatografi gas di laboratorium regional. Model uji dua tingkat ini sejalan dengan rekomendasi WHO dan jauh lebih murah serta mudah diakses dibanding metode konvensional.
"Tujuan utama kami adalah melindungi pasien, khususnya anak-anak, dari bahaya yang sebenarnya bisa dicegah," ujar Richard Jhnke, PhD, dari tim manajemen proyek GPHF.
Minilab telah digunakan di banyak wilayah dengan masalah obat palsu dan kontaminasi tinggi, sebagai pelengkap laboratorium besar. Kini, dengan protokol baru DEG/EG, kapasitas deteksi dini semakin diperkuat.
GPHF juga tengah menguji perangkat lunak untuk membaca hasil TLC secara otomatis. Pengguna Minilab dapat mengirimkan foto hasil uji ke GPHF dan akan menerima evaluasi digital---upaya yang diharapkan membuat pengawasan obat semakin cepat dan akurat.
Protokol uji DEG/EG terbaru dapat diunduh gratis dalam bahasa Inggris, Prancis, dan Spanyol. Metode ini juga sedang diajukan untuk masuk ke The International Pharmacopoeia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI