Mohon tunggu...
Ahmad Sahidin
Ahmad Sahidin Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Alumni UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jokotri, Pendidikan, dan Agama Islam

27 Januari 2019   19:39 Diperbarui: 27 Januari 2019   22:18 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam sebuah acara bersama guru-guru, Dr. H. Joko Trio Suroso, Drs, SH, MH, MM, MBA atau yang biasa dipanggil Jokotri bercerita tentang pengalamannya di negeri kincir angin Belanda.

Jokotri menyampaikan seorang temannya  yang orang Belanda, mengatakan dahulu saat kecil ia dan orang-orang di keluarganya setiap pagi dan sore diharuskan baca Bible (alkitab). Jika tidak baca maka orangtuanya akan memarahinya, sehingga kitab suci itu dibaca saja. 

Kemudian saat dewasa dan seiring dengan kesibukan kerja, orang Belanda itu mengatakan orang-orang seusianya sudah meninggalkan baca Bible dan jarang ke Gereja.

Jadi, aktivitas keagamaan hanya berlaku saat kecil dan saat dewasa banyak orang meninggalkannya. Dan orang Belanda itu juga mengatakan suatu hari nanti di Indonesia pun akan banyak orang yang meninggalkan aktivitas agamanya.

Tentu saja Jokotri menyanggahnya. Menurut Jokotri bahwa negeri Indonesia beda dengan Belanda. Meski pernah menguasai wilayah Indonesia dan ada usaha Kristenisasi sampai sekarang pengaruh agama Islam paling kuat dan umat Islam adalah mayoritas. 

Meski memang ketaatan pada ajaran agama bagi orang Islam sangat variatif, tetapi unsur agama masih kental dalam keseharian. Hampir setiap aktivitas yang dibumbui dengan agama pasti akan diminati, termasuk dalam politik pun agama menjadi daya tarik.

Mengapa di Indonesia agama Islam begitu kuat dan menarik serta seakan-akan tidak berkurang? Setidaknya terlihat dari minat masyarakat memasukkan anaknya pada pesantren tradisional maupun modern. Sekolah-sekolah swasta di Jawa Barat, termasuk di Bandung kemudian Karawang dan Purwakarta, banyak yang melabeli lembaganya dengan Islam terpadu dan Islamic boarding school.

Hal ini bisa dipahami bahwa dengan pendidikan, maka agama Islam akan terus tersebar dan semakin mudah diakses atau dipelajari oleh generasi muda. Belum lagi universitas seperti UIN, IAIN, STAI, dan perguruan tinggi berlabelkan Islam bermunculan.

Apalagi kini pemerintah melalui kementerian pendidikan nasional mengarahkan pendidikan dasar sampai tingkat atas mengacu pada pendidikan karakter (moral atau budipekerti) dengan agama sebagai basis nilainya.

Kemudian dalam azas Pancasila pun kental dengan nilai-nilai agama. Dalam khazanah budaya dan tradisi lokal masyarakat juga kental dengan unsur agama, terutama yang dipengaruhi ajaran Islam. Hal itu menjadi bukti bahwa agama akan senantiasa tumbuh dan berkembang di negeri Indonesia.

Mungkin yang perlu dikaji adalah kualitas orang-orang yang dihasilkan dari lembaga pendidikan agama. Apakah berkontribusi yang baik dan membangun peradaban, atau justru sebaliknya? Persoalan ini mesti dikaji secara serius melalui riset yang mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun