Indonesia dikenal luas sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduknya masih mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian. Selain itu, Indonesia yang beriklim tropis mendukung potensi produksi pertanian yang sangat besar. Komoditas seperti padi, jagung, ubi-ubian, dan lain sebagainya merupakan komoditas yang paling banyak dikembangkan.
Beras menjadi komoditas pertanian yang paling besar, karena beras menjadi makanan pokok di Indonesia. Meski memiliki potensi yang sangat besar di bidang pertanian khususnya komoditas beras, namun sangat disayangkan petani beras lokal di Indonesia rata-rata masih jauh dari kata sejahtera. Proses produksi yang membutuhkan waktu berbulan-bulan, pemakaian pupuk, dan penggunaan peralatan pendukung produksi tidak sebanding dengan pendapatan yang mereka dapat.Â
Kebanyakan petani lokal di Indonesia masih menggunakan metode tradisional. Sehingga hasil produksi pertaniannya terbilang cukup terbatas dalam skala yang tidak terlalu besar. Kenaikan harga pupuk juga membuat petani semakin kesulitan dalam proses pengadaan produksi pertanian.Â
Kebijakan pemerintah yang masih bergatung pada pengadaan beras impor semakin mencekik petani lokal. Meski pemerintah memiliki beberapa program dalam tujuan meningkatkan kesejahteraan petani, hal ini dirasa maih belum cukup.
Kami mewawancarai salah satu petani lokal yang berlokasi di Desa Cihambulu, Kecamatan Pabuaran, Jawa Barat secara daring melalui telefon seluler. Bapak Sahro atau biasa dipanggil Mang Sahro merupakan salah satu petani lokal yang telah menjadi petani sejak kecil.Â
"Ya sudah dari kecil kalau jadi petani, dari lulus SD langsung ikut orangtua ke sawah bantu-bantu, akhirnya sampe sekarang masih jadi petani"
Dari hasil wawancara kami dengan Mang Sahro, beliau banyak menerangkan kesulitan yang dialaminya hingga saat ini sebagai petani lokal. Beliau banyak menerangkan bahwa bantuan dari pemerintah belum cukup untuk membantu keberlangsungan kegiatan pertanian yang ada di desa tersebut baik itu dirinya maupun petani-petani lokal lain yang ada di desa Cihambulu dan desa sekitarnya.
"Kalau ditanya susahnya jadi petani ya banyak, kayak harga pupuk yang mahal itu bikin kita jadi kemahalan di modal awal, belum lagi beli obat biar padinya gak diserang hama, subsidi pupuk juga belum rata di sini".
"Kalau dijual juga berasnya, hasilnya kadang gak seberapa, kebutuhan kita juga banyak buat keluarga di rumah, jadi ya semoga pemerintah bisa lebih peka lagi sama petani kecil"
Pernyataan yang disampaikan oleh Mang Sahro sebagai petani lokal menjadi salah satu bukti bahwa kesejahteraan petani masih belum tercapai dengan baik. Beliau juga menyampaikan harapannya kepada pemerintah untuk lebih peka dan menyoroti kesejahteraan petani. Meski berbagai kebijakan sedang dilaksanakan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan petani lokal, namun butuh usaha yang lebih dalam upaya terebut untuk pemerataan yang lebih baik.