Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memutus Bibit Kekerasan Melalui Kasih Sayang Orang Tua

12 Maret 2023   09:20 Diperbarui: 12 Maret 2023   09:27 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kembali ke Pancasila, jalandamai.org

Video viral Mario, anak Rafael yang bekerja di Ditjen Pajak viral. Apalagi setelah diusut oleh KPK, harta ayahnya diduga didapatkan melalui cara yang tidak wajar. Disisi lain, tindakan penganiayaan sang anak juga tak luput dari perhatian masyarakat. Aksi kekerasan secara tidak manusiawi tersebut, membuat kita semua tidak habis pikir. Apa salah sang korban yang masih belia tersebut, sampai harus mendapatkan kekerasan seperti apa. Banyak orang langsung mengaitkan bagaimana pendidikan orang tuanya? Kenapa bisa sang anak bisa seperti itu?

Tentu saja banyak faktor yang bisa membuat tumbuh kembang anak menjadi salah. Kasus kekerasan yang dilakukan Mario, hanyalah salah satu contoh kecil kerasan yang dilakukan anak. Masih banyak lagi kekerasan serupa yang tidak diketahui publik. Masih banyak pula jenis kekerasan yang muncul di masyarakat. Tidak hanya kekerasan secara fisik, tapi juga kekerasan di dunia maya. Salah satunya dilakukan dengan cara menyebar provokasi, yang didasari pada kebencian.

Kebencian ini bisa juga memicu terjadinya tindakan intolransi, diskriminatif dan perbuatan melanggar hukum. Perilaku Mario tidak akan terjadi jika tidak ada bibit kebencian dalam dirinya. Dan menjadi tugas kita semua, khususnya para orang tua, untuk memutus bibit kebencian pada anak agar tidak terus berkembang dalam dirinya. Hal ini penting karena anak merupakan generasi keluarga dan bangs aini. Jika anak tumbuh menjadi anak yang mudah membenci, mudah melakukan kekerasan, mudah melakukan provokasi, akan berdampak pada hancurnya negeri ini.

Menjadi tugas kita bersama untuk memutus bibit kebencian dan kekerasan pada diri anak. Sadar atau tidak, memupuk bibit kebencian inilah yang dilakukan oleh kelompok radikal di dunia maya. Mereka terus menebar provokasi, menebar kebencian, agar antar sesama muncul ketidak percayaan. Pola ini biasanya digunakan untuk menyerang pemerintah atau kelompok tertentu. Yang terjadi saat ini misalnya, pemerintah dianggap tidak berpihak pada umat muslim, karena provokasi yang dilakukan oleh kelompok radikal tersebut.

Provokasi demi provokasi itulah yang kemudian melahirkan perbuatan intoleran. Perilaku kekerasan yang dilakukan Mario adalah salah satu contoh saja. Banyak juga kekerasan yang dilakukan dengan mengatasnamakan agama. Kekerasan jenis ini kecenderungannya semakin masif terjadi. Terlebih jelang tahun politik, intensitasnya semakin sering. Sasarannya tidak hanya lagi ke pemerintah, tapi juga ke pihak-pihak yang dianggap berseberangan. Hal ini dilakukan agar mereka punya legitimasi, untuk menyebarkan paham khilafah.

Modus semacam ini harus dipahami oleh kita semua, khususnya para orang tua. Jangan sampai generasi penerus kita, terpapar paham menyesatkan yang bisa merusak semuanya. Sekali lagi, mari kita jaga generasi penerus negeri ini. Mari kita berikan perhatian dan kasih sayang yang maksimal, kepada anak-anak kita semua. Dan yang terpenting, tanamkan pemahaman agama yang benar dan bisa melihat persoalan berdasarkan konteksnya. Tanamkan pemahaman kebangsaan yang benar, agar bisa tumbuh menjadi generasi pemersatu. Dan tanamkan toleransi serta kearifan lokal, agar tidak lupa akan sejarahnya sebagai bangsa Indonesia. Salam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun