Mohon tunggu...
Ahmad Ricky Perdana
Ahmad Ricky Perdana Mohon Tunggu... Wiraswasta - gemar travelling, fotografi dan menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seringkali mengabadikan segala hal dalam bentuk foto dan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Keramahan Islam Merangkul Budaya Nusantara

21 September 2017   22:42 Diperbarui: 21 September 2017   23:36 673
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia berkembang menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Namun Indonesia bukanlah negara Islam. Indonesia adalah negara beragama, yang mengakui banyak agama. Meski mayoritas penduduknya beragama Islam, tapi ada juga yang memilih Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu. Bahkan di beberapa wilayah juga masih ada yang menganut aliran kepercayaan. Keberagaman itulah yang merupakan salah satu ciri khas negeri ini. Negeri yang menjunjung tinggi toleransi.

Hal ini sebenarnya sudah terlihat sejak dulu. Bahkan ketika Wali Songo menyebarkan ajaran Islam ke tanah Jawa, masyarakatnya menerima dengan tangan terbuka. Hanya saja, para wali harus memikirkan cara agar masyarakat bisa mudah menyerap ajaran Islam. Terlebih masyarakat ketika itu sudah banyak yang menganut Hindu, Budha dan aliran kepercayaan. Namun karena para wali bisa merangkul dengan pendekatan budaya lokal, Islam terus berkembang di Indonesia hingga saat ini.

Perkembangan Islam yang demikian pesat, tidak bisa dilepaskan dari karakter agama ini yang mampu merangkul keberagaman. Hal ini bisa terlihat dalam akulturasi budaya lokal dan peninggalan bangunan. Ada masjid yang diselingi unsur hindu dalam bangunannya. Ada juga gereja yang diselingi ornamen islami. Bahkan ada juga masjid dan gereja saling berdampingan. Fakta ini menunjukkan bahwa Islam bisa hidup berdampingan dengan perbedaan. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang menghormati keberagaman.

Dalam budaya Jawa, ada tradisi selamatan orang meninggal, yang sudah ada sejak dulu, sebelum Islam masuk ke Jawa. Ketika Islam disebarkan oleh Wali Songo, tradisi selamatan ini tetap ada. Bahkan ada penambahan doa-doa memohon kepada Sang Pencipta. Tradisi inilah yang kemudian berkembang dengan istilah tahlilan. Ada lagi tradisi sesajen. Ketika Sunan Kudus masuk, tradisi ini tetap ada dan tidak dihilangkan. Justru tradisi ini dirangkul dengan cara-cara yang islami. Seiring perkembangan waktu, tradisi inilah yang kemudian dikenal mithoni.

Fleksibilitas Islam yang mampu menerima keberagaman itulah, yang membuat Islam mudah diterima oleh masyarakat. Namun yang terjadi saat ini, kelompok radikal sengaja menggunakan Islam sebagai 'topeng' untuk menutupi perlilaku sesatnya. Beberapa waktu lalu, korban propaganda ISIS memberikan pengakuan di televisi, bahwa ISIS yang selama mengklaim memperjuangkan nilai agama, ternyata justru hanya jadi pembohong. Janji sekolah gratis, faktanya tidak dalat. Bahkan ketika sakit, ISIS juga tidak bertanggung jawab. Kelompok ini selalu mempertontonkan Islam dekat dengan kekerasan. Padahal, Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan.

Mari kita lihat sejarah. Rasulullah SAW tidak pernah mengajarkan kekerasan dan kebencian. Wali Songo ketika menyebarkan Islam ketika itu, juga tidak pernah mengajarkan kekerasan. Karena itulah, mari terus menyebarkan pesan damai. Jangan mudah terprovokasi terhadap ajakan jihad yang terus berkembang di media sosial. Karena Islam agama damai, sudah semestinya ucapan dan perilaku kita yang mengedepankan banjir.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun