Mohon tunggu...
Ahmad Raziqi
Ahmad Raziqi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kupinang Kau dengan Kopi

12 Agustus 2018   20:57 Diperbarui: 12 Agustus 2018   21:11 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sudahlah tak perlu dikau ikut campur soal urusan hiruk pikuk negara. Sayang, jika memang semuanya bisa membutuhkanmu, bagaimana aku yang engkau terlantarkan sebab kau menjadi pejabat publik yang penuh dengan konflik._

Seperti itulah aku menyampaikan kata-kata pada kesepian ku tentang realitas, yang sebenarnya tak pantas untuk diungkapkan, namun hal itu sangat layak untuk dikupas.

Akhir-akhir ini hatiku mulai gelisah oleh sebab tak sampainya logikaku pada logika bangsa dan negara. Ku anggap bangsa ini adalah kandaku, sebab nenek moyangku. Kemudian kuanggap bangsa ini Adindaku sebab karena generasi muda setelahku, yang akan menjadi tonggak perjuangan bangsa untuk kedepannya.

Akupun bergelut pada Adindaku yang belia, semuanya memiliki status cendikia, berstatus penerima pendidikan nenek moyang. Ada Adindaku yang memang seperti seorang pelacur malam, suka begadang dan berjuang menghadang petangnya malam dengan mata yang terbuka telanjang.

Terhitung beberapa kali para Adindaku ini terlibat pada indikasi sampah masyarakat. Tak jauh bedanya dengan orang-orang *west* yang bersatu dengan budaya liberalisme. Adapula Adindaku yang malah berdiam tanpa tindakan dan membiarkan kemungkaran.

Kalau kandaku lebih meyakinkan dengan suara mereka yang katanya penjuang perlawanan. Sedikit meluapkan kata-kata lawan tapi buta apa yang mau di lawan. Hingga menggiring aku dan Adindaku kepada kebingungan dan kesialan-kesialan sosial yang itu sangat dianggap lucu oleh para profesional politik yang penuh taktik.

Taktik tentang hukum pelik dan ekonomi yang mencekik. Lucu sekali para kanda-kandaku yang rela habis tenaga dan suaranya hanya untuk masalah kata lawan. Yang tidak paham siapa yang mau dilawan, jangan-jangan kandaku malah di adudomba oleh mereka.

Pertanyaanku dalam kegelisahan adalah, akankah bangsa ini mengalami kemakmuran atau malah tambah tak karuan. Tak karuan karena para Adindaku, kandaku atau saudara-saudara seperjuanganku yang sama-sama bingung tentang arah kebijakan sosial.

Saudara angkatanku dan aku dicekoki dengan paksa oleh realitas sosial dan para pendidik untuk mengejar ombak di sungai yang sampai kapanpun hal itu tak pernah terjadi, atau para profesional penelik yang malah berkonflik dengan pendidik yang mendidik dengan sistem dan konsep undang-undang mapan, tapi telanjang pada penerapan, tak ada pembeckapan.

Hingga membuat kami harus tahu liberalisme terhadap segala persoalan. Kami harus bicara ideologi tapi tak paham mengenai ideologi, bicara idealisme kami diajari berbuat manipulasi terhadap segala administrasi.

Oh ..... Bagaimana aku mulai merasakan kedinginan dengan angin yang berkepanjangan ini. Akankah nenek moyang turun dari langit ikut dengan hujan atau jatuhnya asteroid pada tatanan kosmos.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun