Mohon tunggu...
Ahmad Raziqi
Ahmad Raziqi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Sihir Tuntutan Kapitalisme dan Sosialisme

11 Februari 2018   16:24 Diperbarui: 11 Februari 2018   16:30 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

*Tuntutan Sihir Kapitalisme & komunisme*

Sejak lahir ke bumi manusia  berkodrat sebagai mahluk ekonomi entah tajir ataupun melarat adalah suatu kalimat yang menjadi mantra stratifikasi manusia dalam kedudukan ekonomi.

Sangat cocok sekali ketika manusia berhasil mengisi berbagai sektor yang memunculkan ide diferensiasi. Kaum pekerja disihir untuk bekerja karena tidak punya apa-apa dan mau apa-apa dari Kaum Borjuis. Saat ini tuntutan dari berbagai strategi ekonomi kapitalisme merasuk bagai mantra sihir sehingga menuntut manusia untuk menggunakan politik, sosial, budaya, dan lain sebagainya untuk dijadikan keminyan yang membius manusia untuk selalu berpikir konsumtif.

Contoh kecilnya saat makan, rasulallah menganjurkan "makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang". Namun itu merupakan ibarat kata-kata biasa oleh manusia yang telah terjangkit sihir kapitalisme. Sehingga manusia saat ini perilakunya, merumuskan " *makanlah kapan saja dan kenyangkanlah sebelum berhenti*"

Berbagai mantra tandingan coba di lantunkan yang merumuskan "Segalanya adalah milik Negara, termasuk Api, air, rumput, manusia dan lainnya. Kalau mantra kapitalis melukiskan anjuran untuk berprilaku liberalis bagi setiap individu maka mantra komunis membentengi liberalis oleh sebab rasa hati yang kandas sebab adanya pemisahan antara Elit dan Proletar.

Jauh-jauh sebelum tuntutan mantra sihir kapitalis yang menuntut manusia konsumtif dan mantra sihir komonis yang menutup hak individualis, telah ada konsep ekonomi Islam yang mengakui kebebasan individu untuk berusaha dan intervensi pemerintah ala kadarnya yang sangat relevan. Tidak menindas hak orang lain, tidak berprilaku konsumtif dan menciptakan keadilan ketika teraplikasikan dengan optimal.

#refleksi tidak tahu ku
#goes to Falah

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun