Mohon tunggu...
Ahmad Rafah
Ahmad Rafah Mohon Tunggu... Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Program Studi Manajemen Pendidikan.

Suka Filsafat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Supervisi Akademik tanpa Pengawas: Utopia Pendidikan Masa Depan?

21 Juni 2025   21:50 Diperbarui: 21 Juni 2025   21:50 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Supervisi akademik telah lama menjadi pilar utama dalam menjaga mutu pendidikan di berbagai jenjang sekolah. Melalui supervisi, guru dan tenaga pendidik mendapatkan bimbingan, evaluasi, serta arahan untuk terus berkembang dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dalam sistem pendidikan konvensional, peran pengawas sangat sentral---mereka bertugas memastikan standar mutu, memantau implementasi kurikulum, hingga memberikan umpan balik kepada para pendidik.

Namun, kenyataan di lapangan sering kali berbeda dari harapan. Supervisi akademik kerap terjebak dalam rutinitas birokratis yang memakan waktu, bersifat administratif semata, dan terkadang hanya menjadi formalitas tanpa dampak nyata terhadap peningkatan mutu pembelajaran. Banyak guru merasa supervisi sekadar "mengisi checklist" tanpa benar-benar membantu mereka berkembang secara profesional. 

Situasi ini menimbulkan pertanyaan mendasar, Apakah sistem pendidikan masa depan masih membutuhkan sosok pengawas? Ataukah, dengan kemajuan teknologi, budaya kolaborasi, dan paradigma baru dalam pendidikan, kita bisa membayangkan supervisi akademik yang berjalan efektif tanpa kehadiran pengawas formal? Sebuah utopia pendidikan, atau justru sebuah keniscayaan yang sedang kita tuju? 

Supervisi Dulu: Kontrol, Laporan, dan Kepatuhan

Pada era awal, supervisi akademik sangat menekankan aspek kontrol dan kepatuhan. Pengawas datang ke kelas, melakukan observasi, mencatat kekurangan, dan membuat laporan yang harus dipatuhi oleh guru. Supervisi sering kali bersifat satu arah, di mana guru menjadi objek evaluasi, sementara pengawas memegang otoritas penuh. Proses ini cenderung bersifat formalitas, lebih menekankan pada pemenuhan administrasi daripada pengembangan profesional guru. 

Supervisi Sekarang: Coaching, Mentoring, dan Refleksi Kolektif 

Seiring berkembangnya paradigma pendidikan, supervisi akademik mulai bertransformasi. Kini, banyak institusi pendidikan yang mengadopsi pendekatan coaching dan mentoring. Pengawas tidak lagi sekadar mengawasi, melainkan menjadi mitra dialog bagi guru. Proses supervisi lebih menekankan pada refleksi kolektif, diskusi terbuka, serta pencarian solusi bersama atas tantangan pembelajaran di kelas. Guru didorong untuk aktif merefleksikan praktik mengajarnya, berbagi pengalaman, dan saling belajar dengan rekan sejawat. 

Masa Depan: Self-Regulation dan Peer-to-Peer Reflection 

Ke depan, supervisi akademik diprediksi akan semakin mengedepankan self-regulation dan peer-to-peer reflection. Guru diharapkan mampu melakukan evaluasi dan refleksi mandiri secara berkelanjutan, didukung oleh komunitas belajar profesional di lingkungan sekolahnya. 

Model supervisi masa depan ini menempatkan guru sebagai subjek yang otonom dan bertanggung jawab atas pengembangan dirinya sendiri, bukan lagi sebagai objek pengawasan. Kolaborasi antar guru, saling memberikan umpan balik, serta budaya refleksi menjadi kunci utama peningkatan mutu pendidikan---bahkan tanpa kehadiran pengawas formal. 

Teknologi dan Otomatisasi 

Perkembangan teknologi, terutama kecerdasan buatan (AI) dan digitalisasi, telah menggeser peran pengawas dalam supervisi akademik secara signifikan. AI kini mampu melakukan observasi pembelajaran, mengumpulkan data, dan menganalisis kinerja guru secara real-time dengan akurasi tinggi. Melalui learning analytics, AI dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan guru secara objektif serta memberikan umpan balik yang relevan dan cepat. Selain itu, platform digital seperti dashboard kinerja memungkinkan pemantauan visual terhadap berbagai aspek kinerja guru, mulai dari kehadiran hingga perkembangan kompetensi, tanpa perlu kehadiran fisik pengawas. 

E-portfolio digital juga memudahkan guru untuk menyusun dan mempresentasikan bukti kinerja serta refleksi pembelajaran yang dapat diakses secara online oleh kepala sekolah maupun rekan sejawat. Sistem penilaian otomatis berbasis AI semakin mempercepat evaluasi hasil kerja siswa dan guru, memberikan umpan balik yang cepat dan objektif, serta membantu mengidentifikasi area yang perlu diperbaiki secara spesifik. Keunggulan teknologi ini terletak pada efisiensi waktu dan biaya, karena proses supervisi tidak lagi memerlukan kunjungan fisik, sehingga sumber daya dapat dialokasikan lebih optimal. Selain itu, penggunaan AI mengurangi subjektivitas dan bias personal dalam penilaian, meningkatkan transparansi dan objektivitas. Akses data secara real-time juga memungkinkan pemantauan yang lebih responsif, bahkan di sekolah-sekolah terpencil. Namun, di balik berbagai kelebihan tersebut, terdapat beberapa tantangan yang perlu diperhatikan. 

Ketergantungan pada infrastruktur teknologi yang memadai, seperti jaringan internet stabil dan perangkat canggih, masih menjadi kendala di banyak daerah. Selain itu, tidak semua guru dan pengawas memiliki keterampilan teknologi yang cukup, sehingga pelatihan intensif menjadi keharusan. Lebih jauh, pengawasan yang sepenuhnya berbasis digital berisiko mengurangi dimensi humanis dalam supervisi, seperti interaksi personal dan pembinaan karakter yang biasanya dilakukan secara langsung oleh pengawas. Terakhir, keamanan data menjadi perhatian penting agar informasi pribadi dan kinerja guru terlindungi dari penyalahgunaan. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya, teknologi dan otomatisasi membuka peluang bagi model supervisi akademik yang lebih adaptif dan efisien, sekaligus menantang peran pengawas tradisional di masa depan. 

Guru Masa Depan 

Guru masa depan diproyeksikan sebagai sosok profesional yang mandiri dan reflektif, yang tidak hanya menguasai kompetensi pedagogis dan profesional, tetapi juga memiliki kepribadian yang matang dan kemampuan sosial yang baik. Mereka diharapkan mampu mengembangkan diri secara berkelanjutan melalui refleksi pribadi dan pembelajaran kolaboratif, sehingga mampu menyesuaikan diri dengan dinamika perkembangan zaman dan kebutuhan siswa. Kompetensi profesional guru masa depan meliputi penguasaan landasan kependidikan, pemahaman psikologi pendidikan, penguasaan materi pelajaran, serta kemampuan mengaplikasikan berbagai metode dan teknologi pembelajaran secara efektif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun